Historiografi Eropa Modern

Perkembangan historiografi Eropa modern mulai mengalami perkembangan pada masa Renaisans, pada masa itu juga disebut dengan masa pencerahan yang menandakan orang-orang mulai ingin bebas dan terlepas dari ikatan gereja. Pada saat abad pertengahan rasionalitas terikat pada gereja, maka Renaisans kebudayaan dominan kembali kepada masa Yunani dan Romawi kuno. Menurut Kuntowijoyo dalam Rahman Hamid (2011: 102), fase sejarah ini kembali menghantarkan bangsa Eropa pada titik kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam konteks itu berbeda antara kebudayaan Renaisans dan modern. Jika kebudayaan yang pertama menengok kebelakang dan kebudayaan yang terakhir menatap kemasa depan. Perkembangan pada masa Renaisans juga dibarenginya dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.

Perkembangan historiografi Eropa modern juga didukung oleh para tokoh-tokoh aliran Rasionalisme, para penulis yang lebih mengedepankan logika, berfikir kritis, skeptik, dan realistis. Renaisans muncul karena adanya ketidakpercayaan terhadap dogma agama pada abad pertengahan yang mereka mengangap agama tidak terlalu memberikan kontribusi nyata untuk kehidupan manusia.


A. HISTORIOGRAFI MASA RENAISANS
Kekalahan tentara salib dari tentara muslim, menyebabkan orang-orang Eropa mulai sadar atas kemajuan kebudayaan di wilayah Timur Tengah dan Asia. Mereka menyaksikan kemewahan yang tidak ada di wilayah Eropa, mereka juga mengakui kemajuan bidang kerajinan, kesenian dan teknologi bangsa Timur. Pada sisi lain, masyarakat yang berada dikota-kota Eropa mulai meragukan atau paling tidak mempertanyakan kebudayaan mereka sendiri yang selama ini dianggap paling unggul.

Renaisans yang secara harfiah bisa berarti kelahiran kembali adalah salah satu periodisasi Eropa setelah periode klasik dan pertengahan. Renaisans muncul sebagai akumulasi dogma-dogma gereja yang membatasi bahkan mengekang pola pikir masyarakat. Dibandingkan dengan jaman abad pertengahan bisa dikatakan tidak ada studi yang sungguh-sungguh tentang sejarah kuno. Walaupun sebenarnya terdapat pengaruh penulisan sejarah Yunani terhadap sejarah abad pertengahan, namun pengaruhnya hanya berpengaruh kepada beberapa penulis saja.

Pada zaman Renaisans untuk menjadi kaya dan tetap kaya diperlukan standar pendidikan yang cukup tinggi. Pada saat itu dirasakan adanya kebutuhan yang kian mendesak akan adanya pendidikan yang praktis dari pada pelajaran teologi pada abad pertengahan. Maka pada zaman Renaisans pendidikan Humanistik yang berdasarkan kepada karya-karya sastra Antic, termasuk penulisan sejarah filsafat moral. Berbeda dengan penulis-penulis jaman abad petengahan, para humanis ingin mempelajari semua pengarang Antic. Gerakan untuk menemukan kembali dan penghargaan terhadap kebudayaan kuno dengan melakukan pemeliharaan sumber-sumber lama, sehinga bisa ditata seperti keadaan semula. Pada awalnya memang hanya terjadi di Italia, namun pada abad ke 15 mulai diikuti oleh negara lain seperti Jerman, Inggris, Belanda dan lainya.

Dewasa ini humanisme mempunyai arti lain, akan tetapi pada zaman Renaisans kata itu menyatakan suatu pandangan hidup. Selain mengakui adanya Tuhan dengan takwa, juga mencakup sikap-sikap intelektual dunia kafir kuno. Humanisme menaruh minat pada estetika, melihat kegunaan pengetahuan sejarah dan yakin bahwa tugas utama manusia ialah menikmati kehidupannya secara bijak dan mengabdi masyarakat secara aktif. Jadi humanisasi memulihkan keseimbangan neraca yang pada abad pertengahan telah menitik beratkan ke perhatian pada akhirat. Humanisme lebih menekankan pemenuhan di dunia dari pada persiapan untuk di surga kelak. Pemahaman ini juga memiliki segi rohani juga, tetapi mencerminkan suatu masyarakat yang lebih menaruh perhatiannya kepada masalah dunia, masyarakat yang praktis, cerdik, sadar diri dan berambisi. Ciri Renaisans ialah bahwa manusia lebih menyadari harga diri pribadinya dari pada di zaman abad pertengahan.

Bertolak belakang dengan masyarakat abad pertengahan, kebudayaan jaman Renaisans mempunyai ciri sebagai berikut:
  1. Antroposentris, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa manusia adalah pusat segalanya di dunia ini, sehinga baik buruknya sesuatu di dunia ini, demikian pula sejarah umat manusia adalah ditentukan atau berpusat pada manusia itu sendiri.
  2. Sekuler, yaitu pandangan hidup yang bersifat keduniawian, segala sesuatu diukur atau berorientasi kepada kehidupan di dunia yang bersifat material.
  3. Dissegetigheit, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa dalam kehidupan ini yang terpenting adalah justru dunia yang fana ini. Semboyannya adalah carpidiem yang berarti nikmatilah hidup ini.


B. HISTORIOGRAFI MODERN DI EROPA
Jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan, Renaisans sesungguhnya merupakan tonggak sejarah awal jawan modern dari sejarah Eropa. Pada masa ini ditandai dengan munculnya tokoh pemikir humanis, mereka itu terdiri dari para kaum intelektual, sastrawan, filosof, ilmuan, seniman dan sebagainya. Walaupun terdiri dari kelompok kecil, namun demikian gagasan mereka benar-benar telah mengembalikan semangat baru dan jaman baru. Pada masa sebelum Renaisans Bangsa Eropa memang agak tertinggal dibandingkan Bangsa Asia atau Timur tengah. Namun demikian, setelah Renaisans dan Humanisme peradaban Eropa mengalami penyimpangan dari pola umum, yaitu berkembang dengan pesat. Pada abad 19-20, Bangsa Eropa mampu menunjukan superioritasnya dibanding bangsa lain.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dari pola umum itu adalah sebagai berikut:
  1. Rasionalisme, yaitu suatu alian pemikiran yang menganggap bahwa rasio merupakan kekuatan utama, mendasar atau sumber dari peradaban manusia. Rasionalisme timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan alam yang didasarkan atas daya pikir manusia.
  2. Reformasi,yaitu suatu gerakan religious (Kristen) yang dahsyat dan didorong oleh perkembangan rasionalisme dan humanisme. Karena pada masa abad pertengahan, menurut Gereja, Injil tidak bisa dibaca oleh semua orang karena Injil hak monopoli kaum Rohaniawan. Namun pihak rasionalisme mengatakan bahwa semua orang dibekali rasio, sehingga bila menghendaki dan dengan cara belajar juga memiliki kemampuan membaca Injil. Banyak tokoh yang memprotes monopoli Gereja, diantaranya M. Luther King, Awingli, Calvin dan lain sebagainya. Mereka berpendapat dan berjuang bahwa setiap individu boleh membaca dan menerjemahkan kitab suci (Injil). Disinilah Nampak penonjolan individu yang dinilai tinggi, sehingga dalam perkembangan selanjutnya memunculkan faham Induvidualisme.
  3. Nasionalisme, yaitu gerakan reformasi dari Lethur dan kawan-kawan menentang Gereja di Roma dengan mempropagandakan penerjamahan Injil kedalam berbagai bahasa agar dapat dibaca dan dipahami oleh semua orang. Hasilnya terjadi gerakan penerjemahan Injil kedalam berbagai bahasa dan ini menyebabkan timbulnya rasa nasionalsme.
  4. Ekspansi, yaitu perluasan baik dalam bidang ekonomi, politik, geografis dan kebudayaan. Hal ini didorong akibat banyak petualang yang berhasil menemukan tempat-tempat baru dan memiliki peradaban yang luar biasa yang tidak kalah maju dengan benua Eropa.

Dalam perkembanganya Historiografi Eropa modern muncul empat aliran yaitu, aliran rasionalisme, positivisme, romantisme, dan sejarah kritis.

1. Aliran Rasionalisme
Dalam penjelasan mengenai Rasionalisme akan mengambil mengenai penjelasan dari tokoh Rasionalisme yaitu Voltaire, rasionalisme menolak visi tradisional yang bersumberkan kitab suci, dan memperjuangkan rasio sebagai interpretasi sejarah secara teologis. Voltaire juga berpendapat Tuhan telah menarik diri dari dalam pengaturan sejarah, mungkin Tuhan masih mengaturnya, namun tidak ikut campur dalam proses sejarah. Menurut voltaire, tujuan dari sejarah itu ditentukan oleh akal manusia, akal berperan menentukan jalan sejarah. Perkembangan proses sejarah manusia dalam mencapai kebahagiaan itu ditentukan oleh akal manusia.

2. Aliran Positivisme
Pada saat itu juga berkembang positivisme yang dipelopori oleh Agustus Comte. Positivisme merupakan aliran pemikiran (kejiwaan) yang mengajarkan bahwa ilmu harus dapat membuat hukum-hukumnya. Dengan demikian, hanya ilmu yang dilengkapi dengan hukum-hukumlah yang berhak diakui sebagai ilmu pengetahuan.

3. Aliran Romantisme
Aliran romantisme muncul karena reaksi terhadap aliran positivisme dan juga karena didorong gerakan nasionalisme. Dalam sejarah penulisan sejarah atau Historiografi, istilah romantik lebih berkaitan dengan sudut pandang politik. Romantik, yaitu visi yang konservatif mengenai negara dan masyarakat. Penulisan sejarah romantik adalah produk dan produsen dari historisme. Sedangkan romantik adalah berkaitan dengan kesadaran historis dan spirit untuk mempelajari dan menulis masa lampau miliknya sendiri (daerah, negerinya, sukunya atau bangsanya sendiri). Memang belum bisa ditemukan definisi Historiografi romantik secara pasti, namun karena bentuk dari ketidaksepakatan dengan aliran positivisme dan rasionalime, aliran romantik menyatakan tidak benar jika rasio itu merupakan prinsip yang menentukan segalanya, karena ada faktor yang terlupakan oleh rasionalisme yaitu sentimen, emosi atau perasaan.

4. Metode Sejarah Kritis
Metode Sejarah kritis muncul karena adanya kecenderungan untuk mengkritisi aliran sebelumnya terutama romantisme dimana penulisan sejarah dengan romantisme membuat sejarah itu akan terasa subjektif. Metode Sejarah kritis dipelopori oleh Leopold Von Ranken (1795-1886), dia memberikan kritikan terhadap sejarawan lama yang beraliran romntis. Ranken beranggapan bahwa peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi lebih menarik dari pada peristiwa yang diromantisir. Oleh karena itu dia menolak segala hal yang berbau khayalan dalam penulisan sejarah dan memilih berpegang teguh kepada fakta-fakta. Ranken berkata, "sejarah baru mulai apabila dokumen dapat dipahami, lagi pula, cukup banyak dokumen yang dapat dipercaya". Adanya metode kritis ini, maka sejarah sah sebagai ilmu sejarah.
Dengan munculnya berbagai pendapat atau teori dari orang-orang besar saat itu maka secara ringkas dapat disebutkan bahwa historiografi abad ke-19, ditandai dengan ciri sebagai berikut:
  1. Penghargaan kembali pada zaman pertengahan
  2. Munculnya filsafat sejarah
  3. Munculnya teori orang besar
  4. Timbulnya nasionalisme
  5. Munculnya liberalism.

Menjelang akhir abad ke-19 kebenaran yang dikemukakan oleh Ranken mulai diragukan, sebab menulis sejarah sebagaimana yang terjadi dinilai bertentangan dengan psikologi. Sadar atau tidak, setiap orang yang menulis pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Fakta sejarah bukanlah batu bata yang tinggal dipasang saja, melainkan fakta yang dipilih dengan sengaja oleh sejarawan. Seperti dikemukakan oleh Carl L. Becker (1873-1945), pemujaan terhadap fakta hanyalah ilusi. Sementara itu James Harvey Robinson (1863-1936) mengatakan bahwa sejarah kritis kita hanya dapat menangkap permukaan, tidak dapat menangkap realitas dibawah dan tidak dapat memahami perilaku manusia. Atas dasar pemikiran itu maka muncul gagasan barutentang perlunya sejarah baru atau 'new perpective on historical writing'. Berbeda dengan historiografi modern yang dipelopori Ranken yang menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan perlunya penggunaan ilmu-ilmu sosial, sekaligus mendekatkan kembali ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial, sehingga seringkali sejarah baru itu disebut sebagai sejarah sosial.


C. TOKOH DAN KARYA HISTORIOGRAFI EROPA MODERN
Untuk pembahasan mengenai tokoh dan karya historiografinya kita akan mengambil dari beberapa tokoh yang mewakili empat paham yang berada di atas. Karena dengan perkembangan Historiografi di Eropa maka banyak sekali tokoh-tokoh historiografi. Namun agar lebih mudah untuk mempelajarinya maka kita mengambil beberapa saja dan agar nantinya lebih bisa memahami mengenai penyebab perbedaan aliran yang ada pada Historiografi Eropa modern.

1. Voltaire (1694-1778)
voltaire
Voltaire merupakan nama samaran dari Francois Marie Arouet yang lahir pada 1694. Dia sempat bersekolah di Louis Le Grand. Ayahnya berharap ia mampu menjadi ahli hukum, namun ternyata dia tidak tertarik menjadi ahli hukum, dia lebih memilih bidang sastra. Karya pertamanya merupakan sebuah puisi yang berjudul Hendiade (1728), puisi ini berisi tentang pandangan mengenai siksaan berdasarkan agama pada abad 16, ini merupakan bentuk cintanya pada toleransi dan antipatinya terhadap agama. Secara unik Votaire mewujudkan suasana pencerahan bagi Prancis. Wataknya sangat militan dan penanya tajam. Ia melancarkan serangan terhadap Raja Luis XV dan gereja Katolik Perancis. Karyanya surat filsuf saran dengan kritikan dan penuh pujian untuk toleransi. Karyanya yang lain seperti Candile (1759) dan Philosophical Dictionary (1764), merupakan kritik terhadap teologi Kristen. Pada tahun 1778 Voltaire meninggal dan dikenang sebagai orang yang berpihak pada rakyat. Voltaire merupakan tokoh rasionalis, ia seorang sejarawan yang berpandangan maju dan sekuler, yang hanya mengakui akal manusia yang dapat menuju kemajuan proses sejarah manusia untuk mencapai masa depan gemilang. Karya Voltaire memiliki ciri sebagi berikut:
  • Cosmopolitan, yaitu pandangan yang luas dan tidak terikat pada suatu tempat bangsa atau suku tertentu.
  • Universal, yang berarti membicarakan atau membahas manusia secara umum.
  • Karyanya tidak disusun secara kronologis melainkat tematis, maksudnya berisi gambaran gaya hidup sesuai tren dalam historiografi Eropa pada saat itu.
  • Bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun karyanya diperoleh dari karangan atau tulisan etnografi.
Karya Voltaire:
  • Histoire de Charles XII (1731);
  • Le Siecle Louis XIV (1751);
  • Histoire de la Guerre de 1741 (1755);
  • Histoire generale depous Charlemagne jusqu”a nos jours (1756).

2. Auguste Comte (1798-1857)
augustus comte
Auguste Comte juga disebut sebagai bapak ilmu Sosial. Dalam sejarahnya Comte membuat periodisasi sejarah menjadi tiga jaman yaitu:








  1. Jaman teologi, yaitu suatu jaman ketika masyarakat hanya percaya bahawa segala sesuatu di dunia ini digerakan oleh kekuasaan super natural.
  2. Jaman metafisis, yaitu jaman ketika masyarakat masih percaya adanya kekuatan diluar fisika yang tidak tampak, sebagai penggerak dinamika kehidupan ini.
  3. Jaman rasionalisme, yaitu jaman ketika masyarakat hanya percaya bahwa dinamika di dunia ini, termasuk benda benda mati kekuatanya terletak pada hukum alam itu sendiri.
Ada juga tokoh yang merupakan pengikut Comte yaitu Henry Thomas Bukle, dengan karyanya yang berjudul 'History of Civilization in England'. Buku itu berisi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan mencari faktor-faktor pendorongnya. Kemudian juga terdapat karya dari tokoh lain yaitu N.D.F, de Coulanges dengan bukunya yang berjudul 'The Ancient City', dalam buku itu menyetakan bahwa penulisan sejarah Yunani dan Romawi sangat dipengaruhi oleh agama (Kristen abad pertengahan).

3. Immanuel Kant (1724-1804)
immanuel kant
Immanuel Kant lahir di Konigsberg, sebuah kota kecil di Prusia Timur. Dalam bidang filsafat dia dididik dalam suasana Rasionalisme yang pada waktu itu berkembang di Jerman. Kant tidak kawin dan selalu hidup tertib, sehingga dia dapat mencurahkan seluruh waktu dan tenaga kepada karya-karya filosofisnya. Dia memiliki karya sebuah esai yang berjudul 'An Idea for a Universal History from the Cosmopolitan Point of View', terbit pada bulan November 1874. Sejarah yang telah lalu merupakan suatu paparan tentang ketidakrasionalan manusia dan beliau mengharap akan suatu Utopia bagi kehidupan yang rasional. Beliau menghubungkan sudut pandangan zaman kesadaran dengan jaman romantik, seperti juga beliau mengabungkan rasionalisme dengan empirisme didalam teori ilmu pengetahuannya. Sejarah yang mengkisahkan tindakan-tindakan manusia, memperhitungkan tindakan-tindakan itu ditentukan menurut hukum-hukum alam sebagai kesan sebab akibat, tindakan itu sebagai fenomena yang tunduk terhadap hukum-hukum alam. Immanuel Kant telah memberikan sumbangan yang besar terhadap pemikiran sejarah dapat dirumuskan dalam empat hal:
  1. Sejarah sarwajagat ialah suatu keinginan yang bisa menjadi kenyataan, tetapi menuntut suatu gabungan diantarapemikiran sejarah tentang falsafah, fakta-fakta mestinya dipahami dan diceritakan dengan jelas, dilihat dari dalam bukan dari luar saja.
  2. Hendaknya mempunyai sangkaan lebih dahulu terhadap suatu ranacangan. Apakah ia menunjukan suatu kemajuanatau menunjukan suatu yang sedang maju menuju kelahirannya.
  3. Ada ketidakrasionalan manusia yang lahir akibat hawa nafsu, kejahatan, dan ketamakan.

4. Leopold Von Ranken (1795-1886)
leopold von ranken
Leopold Von Ranken adalah sejarawan Jerman. Ia adalah sejarawan yang memberikan reaksi terhadap aliran Romantisme, bila di jaman romantik penulisan sejarah banyak dihanyutkan oleh perasaan dan dibumbui oleh komentar serta keindahan. Oleh karena itu, kenapa dia menentang romanitisme dalam sejarah, Ranken berpendapat bahwa perlu dibuangnya bungkus perasaan dalam penulisan sejarah, dengan penulisan sejarah seperti kejadian yang sesungguhnya. Leopold Von Ranken pernah berkata 'sejarah baru mulai apabila dokumen dapat dipahami, lagi pula cukup banyak dokumen yang dapat dipercaya'. Adanya metode kritis dari Lepold Von Ranken ini, maka sejarah dianggap sah sebagai ilmu sejarah. Sebagai penghargaan atas karya-karyanya, maka pada tahun 1865 Ranken dijadikan bangsawan dan berhak memakai 'von' didepan nama kekeluarga. Karya-karya Leopold Von Ranken yang terkenal adalah:
  1. Histories of the Romance and Teutonic People atau Geschichte der romanischen und germanichen Volker (1824);
  2. A critique of Moderen Historikal Writers atau Zur Kritik neuerer Geschichtschreiber;
  3. Fursten nd Volker von Sudeuropa im sechzehnten und seibzehnten jahrhundert;
  4. Die romische Papste, ihre Kirche und ihre Staat im und 17 Jahrhundert (1834-1836).


Description: historiografi eropa modern, historiografi masa renaisans, historiografi eropa