Peradaban Yunani Kuno

Yunani merupakan salah satu pusat peradaban tertua di eropa. Yunani terletak di sekitar Laut Tengah yang sangat strategis dalam pelayaran. Peradaban Yunani lahir di lingkungan geografis yang sebenarnya tidak mendukung. Tanah Yunani tidak seperti Mesopotamia, Huang Ho, ataupun Mesir yang subur. Yunan merupakan tanah yang kering, dengan banyak benteng alam yang kuat berupa jurang-jurang yang terjal, gunung-gunung yang tinggi, serta pantai-pantai yang curam dan terjal. Hujan sangat jarang turun di Yunani. Bangsa Yunani terbentuk dari percampuran bangsa pendatang dari laut Kaspia dan dan penduduk asli yang terdiri dari petani. Yunani terletak di ujung tenggara di benua eropa.Sebagian besar kepulauan di laut aegea dan laut ionia. Bangsa Yunani terbentuk dari percampuran bangsa pendatang dari laut Kaspia dan dan penduduk asli yang terdiri dari petani. Mereka membentuk suatu kelompok – kelompok kota yang disebut Polis. Polis-polis yang terkenal adalah: Athena, Sparta dan Thebe.

Letak geografis Yunani sekarang sama dengan Yunani kuno yang kita bahas. Yunani terletak di Ujung Selatan Semenanjung Balkan. Selain di daratan tersebut wilayahnya juga meliputi pulau di Laut Aegeia. Batas-batas Yunani sekarang ini: utara berbatasan dengan Albania, Macedonia, Bulgaria dan Turki, timur adalah Laut Aegeia, selatan adalah Laut Tengah, dan barat adalah Laut Ionia. Sebagian besar wilayah Yunani bergunung-gunung sehingga antar wilayah terpisah antara satu dengan yang lain. Tiga puluh prosen daerahnya berupa daratan rendah yang terdapat di dekat laut dan terbentuk oleh endapan lumpur sungai. Sisanya berupa jazirah yaitu Peloponesos dan Attica. Gunung-gunung dan teluk-teluk di Yunani yang tak terhitung banyaknya pada waktu itu menghalangi komunikasi melalui darat.

Lembah-lembah dan daratan rendah yang terpisah-pisah merupakan unit-unit geografis dan ekonomi yang bersifat alami, dan menjadi pemisah kesatuan unit politik. Kesatuan politik itu disebut Polis atau Negara Kota (City State) yang wilayahnya meliputi kota itu sendiri dan daerah-daerah sekitarnya. Tanah Yunani yang bergunung-gunung pada umumnya kurang subur. Di lereng pegunungan masyarakat dapat menanam gandum serta anggur. Untuk mencari daerah yang subur maka para petani (disebut Colonus) meninggalkan negerinya dan mendirikan daerah koloni di sekitar Yunani. Daerah koloni Yunani antara lain terdapat di Italia Selatan, Mesir, Palestina dan Asia Kecil (Turki sekarang). Selain kegiatan pertanian, masyarakat Yunani juga mengembangkan perekonomian melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan karena letaknya yang strategis di perairan Laut Tengah.

peta yunani kuno
Gambar: Peta Yunani Kuno


A. AWAL PERADABAN
Perkembangan peradaban Yunani kuno dimulai dari perkembangan peradaban mayarakat di pulau Kreta. Pulau Kreta terletak didaerah perairan laut tengah bagian timur. Letaknya sangat strategis, sehingga menjadi pusat aktivitas didaerah perairan laut tengah bagian timur. Pulau Kreta merupakan daerah penghubung antara daerah-daerah pusat perdagangan dipulau Sicilia, Mesir, Pantai Levant, Bizantium dan Yunni. Sumber-sumber berita tentang sejarah kerajaan Kreta ini diperoleh antara lain dari syair-syair pujangga Homerus terutama dalam kitab Illyas dan Odyssea, cerita-cerita rakyat di Yunani yang lebih bersifat mitologi, hasil-hasil penggalian arkeologi yang menemukan sisa-sisa bangunan kota kuno seperti ibu kota Knossos.

pulau kreta
Gambar: Pulau Kreta

Pulau Kreta terletak dipersimpangan jalan pelayaran antara Mesir dan Yunani, serta antara daerah-daerah Italia dan Punisia. Masyarakat pulau Kreta adalah Masyarakat maritim dengan kehidupan pokok berdagang dan berlayar dilaut tengah. Masyarakat pulau Kreta telah mengenal bentuk tulisan yang disebut dengan tulisan Minos. Nama minis berasal dari dari nama seorang Raja besar dari kerajaan ini, yaitu Raja Minos. Namun, tulisan Minos ampai sekarang belum berhasil dibaca sehingga sejarah kerajaan pulau Kreta belum terungkap dengan jelas. Kepercayaan masyarakat Kreta bersifat Polytheisme dan memuja kekuatan-kekuatan alam. Dewa tidak berfungsi seagai pencipta malapetaka, tetapi berfungsi sebagai pelindung dan pemberi berkah. Pada abad ke-15 SM, kerajaan pulau Kreta mengalami keruntuhan karena mundurnya perdagangan, lepasnya daerah-daerah koloni, akibat bencana alam. Akan tetapi, sejak abad ke-15 SM (1500 SM) terjadi invasi dan gelombang penyerbuan bangsa- bangsa Indo-Jerman dari asia tengah memasuki daerah semenanjung Yunani dan akhirnya merebut Pulau Kreta.


B. PERIODE PERKEMBANGAN PERADABAN YUNANI
Secara umum perkembangan Yunani dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu sebagai berikut :
  1. Fase pembentukan negara-negara kota (Polis) yang berlangsung antara 1000-800 SM.
  2. Fase ekspansi negara-negara kota atau fase kolonisasi polis-polis Yunani. Ekspansi polis-polis Yunani ke arah barat sampai ke Italia Selatan, sedangkan ke arah Timur sampai ke Asia Kecil (Troya).
  3. Masa kejayaan polis-polis Yunani (600-400SM).
  4. Masa Keruntuhan Yunani (400-300 SM), tetapi kebudayaan Yunani berkembang di luar daerah Yunani itu sendiri.

Selama periode Kalsik (Abad ke 5 SM), Yunani terdiri dari daerah-daerah bagian kecil dan besar dalam bermacam-macam bentuk internasional (sederhana, federasi, federal, konfederasi) dan bentuk-bentuk internal (kekerajaan, tirani, oligarkhi, demokrasi konstitusional, dan lain-lain) yang paling terkenal ialah Athena, diikuti oleh Sparta dan Thebes. Sebuah semangat kebebasan dan kasih yang membara membuat bangsa Yunani dapat mengalahkan bangsa Persia, adikuasa pada saat itu, didalam peperangan yang terkenal dalam sejarah kemanusiaan- Marathon, Termopylae, Salamis dan Plataea.

Pada paruh kedua abad ke 4 SM, banyak daerah-daerah bagian di Yunani membentuk sebuah Aliansi (Cœnon of Corinth) yang dipimpin oleh Alexander Agung sebagai Presiden dan Panglima (Kaisar) dari Aliansi, Raja dari Macedonia menyatakan perang dengan Persia, membebaskan saudara-saudara mereka yang terjajah, Ionian, dan menguasai daerah-daerah yang diketahui selanjutnya. Menghasilkan sebuah masyarakat yang berkebudayaan Yunani mulai dari India Utara sampai Laut Tengah barat dan dari Rusia Selatan sampai Sudan.


C. HUKUM DAN PEMERINTAHAN YUNANI
Antara wilayah- wilayah di Yunani tersebut sulit untuk berhubungan yang disebabkan oleh alam yang berbukit-bukit, sehingga jadilah kota-kota yang disebut Polis. Ada dua polis yang terkenal:

1. Athena
Athena merupakan Polis yang menerapkan sistem Demokrasi. Sistem itu diperkenalkan oleh Solon (638 SM-559 SM). Dengan sistem itu, kekuasaan berada di tangan dewan rakyat. Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh sembilan orang Archon yang setiap tahun diganti. Para Archon diawasi oleh Aeropagus (Mahkamah Agung) yang para anggotanya berasal dari mantan anggota Archon. Athena banyak menghasilkan para filosof yang pemikirannya sangat berpengaruh pada kehidupan manusia hingga dewasa ini. Para Filosof itu antara lain sebagai berikut:

a. Thales
thales
Dia terkenal sebagai ahli matematika dan astronomi. Thales dikenal dengan perhitungannya tentang gerhana, menghitung ketinggian piramida dan menghitung bayangannya. Selain itu Thales berpendapat bahwa bumi ini berasal dari air.








b. Anaximander
anaximander
Dia berpendapat bahwa segala apa yang ada di dunia ini berasal dari bahan tunggal yang bukan air. Selain itu, Anaximander berpendapat bahwa bumi itu seperti silinder yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada matahari.








c. Anaximenes
anaximenes
Dia berpendapat bahwa bahan pembentuk alam adalah udara.













d. Pytagoras
pythagoras
Dia terkenal sebagai ahli matematika, dia percaya bahwa segala sesuatu itu pada aturannya menurut bilangan tertentu. Sehubungan dengan hal itu, Pytagoras berpendapat bahwa melalui pengetahuan tentang bilangan, kita akan memahami tentang kenyataan.








e. Heraclitus
heraclitus
Dia adalah seorang filosof mengembangkan pemikiran tentang logika.










f. Parmenindes
parmenides
Filosof ini mengemukakan pentingnya logika dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.












g. Hippocartus
hippocrates
Dia adalah seorang filosof yang ahli dalam bidang kedokteran.












h. Socrates
socrates
Ajarannya tentang filsafat etika atau kesusilaan dengan logikasebagai dasar untuk membahasnya. Socrates mengajarkan agarmanusia dapat membedakan apa yang baik atau buruk, benar atausalah, adil atau tidak adil. Ajarannya ditujukan kepada anak mudayang diajaknya berdiskusi. Ia akhirnya di hukum mati dengan minumracun karena tuduhan telah merombak dasar-dasar etikamasyarakat Yunani kuno serta tidak percaya kepada dewa-dewayang disembah masyarakat.



i.Plato
plato
Ajaran filsafatnya disebut filsafat idea. Ia menulis banyak buku,salah satunya berjudul Republica. Dalam buku tersebut diuraikantentang kebahagiaan hidup yang dapat dicapai bila manusia bekerjadengan wataknya dan wanita diangkat derajatnya. Plato jugamendirikan pusat pendidikan bernama Academus.







j. Aristoteles
aristoteles
Ia adalah murid Plato, merupakan ahli di bidang biologi danketatanegaraan. Karyanya yang terkenal antara lain Klasifikasi Floradan Fauna di Kepulauan Aegeia. Di bidang ketatnegaraan, iaberpendapat bahwa sistem pemerintahan yang baik adalah republik.Pemerintahan yang baik mengutamakan kebahagiaan sebesar-besarnya untuk seluruh rakyat. Aristoteles adalah pendiri pusat pendidikan bernama Peripatetis. Salah seorang muridnya ialah Alexandar Agung, raja Macedonia.




Lahirnya tradisi intelektual dari bangsa Yunani disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini :
  • Faktor geografis dari Yunani bergunung-gunung dan tidak subur. Hal ini memacu para penduduknya untuk berpikir dan berkreasi agar mampu bertahan hidup.
  • Orang Yunani membangun hubungan dengan bangsa-bangsa lain seperti Mesir, Babylonia, dan yang lainnya, sehingga terjadi tukar-menukar pengetahuan.
  • Penduduk Yunani memiliki hak otonomi kemerdekaan dan kemakmuran di bidang ekonomi, sehingga mereka lebih berkonsentrasi untuk menumbuhkembangkan pengetahuan.
  • Bangsa Yunani menghargai logika dan cara berpikir yang rasional.
  • Bangsa Yunani selalu terlibat aktif dalam urusan politik, ekonomi, dan sosial. Hal itu membuat mereka selalu berusaha untuk mencari pemecahan dalam setiap masalah yang muncul.


2. Sparta
Pemerintahan Sparta didasari oleh pemerintahan yang bergaya militeristik. Pola ini diperkenalkan oleh Lycurgus tahun 625 SM. Pemerintahan dipegang oleh dua orang raja, sementara pelaksana tertinggi dipegang oleh suatu dewan yang bernama Ephor yang terdiri dari lima orang. Setiap Ephor memiliki dewan tua yang berusia lebih dari 60 tahun, yang bertugas untuk mempersiapkan UU yang diajukan kepada dewan rakyat (perwakilan dari semua warga kota). Para pemuda yang terseleksi secara fisik dan mental, dijadikan tentara. Keberadaan polis-polis di Yunani mengakibatkan mereka saling bersaing dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan atas wilayah Yunani. Sehingga tidaklah mengherankan apabila di Yunani selalu terjadi peperangan di antara sesama polis-polis tersebut. Tetapi, datang tentara Persia yang akan menginvasi daerah Yunani, maka polis-polis yang ada di Yunani terutama Spharta dan Athena, bersatu untuk menghadapi Persia tersebut. Pertempuran antara Yunani dan Persia terjadi beberapa kali.

Perang Persia - Yunani I (492 SM). Peperangan antara Yunani dan Persia tidak terjadi karena armada tempur Persia dihancurkan oleh badai dan terpaksa harus pulang kembali. Perang Persia - Yunani II (490 SM). Pertempuran terjadi di Marathon, pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh bangsa Yunani. Para prajurit Yunani harus lari sepanjang 42 km antara Marathon dan Athena dalam rangka berkonsolidasi dan meminta bantuan. Perang Yunani dan Persia III. Bangsa Persia datang kembali, dan pasukan Yunani menghadapinya di Termopile. Persia dapat dipukul mundur, namun Raja Spartha terbunuh dalam pertempuran itu.

Pada tahun 448 SM diadakan perdamaian antara Yunani dan Persia. Dengan menangnya Yunani atas Persia, maka hal ini membuat kemajuan, seperti pada kesenian dan ilmu pengetahuan serta adanya filosof-filosof. Hal ini membuat Sparta iri sehingga terjadi perang Peloponessos yang membuat Athena kalah sehingga membuat yunani terpecah-pecah. Dengan lemahnya Yunani membuat mudahnya Yunani ditaklukkan oleh kerajaan Macedonia di bawah pimpinan Philipus pada 338 SM.

Perjuangan Philipus untuk menguasai Persia diteruskan anaknya Alexander Agung (336-323 SM) dan ia berhasil menguasai Tunisia, Palestina, Mesir, dan di Mesir mendirikan kota yang bernama Iskandariyah. Niatnya menguasai India tak terkabul karena prajuritnya yang tidak mematuhi perintahnya. Setelah Iskandar meninggal, maka kerajaannya terpisah-pisah menjadi Kerajaan Macedonia, Kerajaan Syria (Jenderal Seuleueos) dan Kerajaan Mesir (Jenderal Ptelomeus).


D. PENINGGALAN-PENINGGALAN YUNANI KUNO
1. Seni Sastra
Sastrawan terkenal dari Yunani adalah Homerus yang menulis kitab Illiad dan Odysseia. Kedua kitab tersebut berkaitan erat dengan kejadian sejarah yang disebut perang Troya. Kota Troya terletak di Semenanjung Anatolia di Selatan Selat Dardanella. Seorang peneliti dari Jerman yang bernama Heinrich Schlieman telah menemukan beberapa bukti peninggalan peradaban kota Troya seperti yang dilukiskan dalam karya Komerus tersebut. Kitab Illiad menceritakan kejadian perang Troya yang disebabkan karena puteri Helena dari Sparta dilarikan oleh Pangeran Paris dari Troya Terjadilah peperangan antara raja Agamemmon dari Yunani dengan raja Priamus dari Troya. Pahlawan Troya yang bernama Hector dapat dikalahkan oleh pahlawan Yunani yang bernama Achilles. Tentara Yunani dapat memenangkan perang melalui siasat Kuda Troya atas ide raja Odysseus.

kuda troya
Gambar: Kuda Troya

Kuda Troya merupakan sebuah kuda kayu raksasa yang di dalamnya digunakan untuk bersembunyi tentara Yunani. Kuda tersebut diletakkan di luar benteng kota Troya. Orang Troya tertipu, kuda kayu dikira hadiah lalu ditarik ke dalam benteng. Ketika dibuka tentara Yunani berhamburan dan menyerang secara mendadak. Sementara itu armada yang berpura-pura meninggalkan Troya datang kembali ikut menyerbu. Sehingga pasukan Troya mengalami kekalahan. Kitab Odysseia mengisahkan tentang pengembaraan Odysseus sepulang dari Troya. Karena isterinya yang bernama Penelope menikah lagi maka puteranya yang bernama Telemachos menyusulnya mengembara.

homerus
Gambar: Homerus

Bagi bangsa Yunani kisah Illias dan Odysseia ini menjadi salah satu kebanggaan dan alat pemersatu bangsa Yunani.

2. Seni Bangunan dan Seni Pahat
Pada awalnya seni patung/pahat Yunani menghasilkan patung seperti patung bangsa Mesir, kemudian dikembangkan menjadi lebih hidup dengan gaya naturalis. Patung dibuat dari marmer dan perunggu. Pemahat yang terkenal di Yunani bernama Phidias, sedangkan arsitek bangunan yang terkenal antara lain bernama Ikhtinus. Seni pahat menghasilkan berbagai patung para dewa maupun tokoh yang terkenal misalnya Dewa Zeus, Perikles, Plato, Aristoteles dan lain-lain Pada masa pemerintahan Perikles seni bangunan Yunani berkembang pesat. Peninggalan bangunan kuno Yunani antara lain kuil pemujaan. Di bukit Acropolis berdiri megah kuil Parthenon dan kuil Erechteum yang di dalamnya terdapat patung dewi Palas Athena. Di bukit Olympus dibangun kuil untuk dewa Zeus yang disebut kuil Altis.Di daerah koloni Yunani juga dibangun kuil misalnya kuil Zeus di Italia Selatan, kuil Apollo di Milate dan lain-lain. Teater adalah panggung di lapangan terbuka untuk pementasan misalnyakomedi. Penonton duduk di bangku-bangku yang terbuat dari batu. Bagiorang Yunani, teater merupakan bagian pendidikan dan setiap orangdianjurkan untuk menonton.

kuil parthenon
Gambar: Kuil Parthenon

3.Filsafat
Filsafat: Seperti ilmu fikir (logika), ilmu alam (physica), ilmu kesusilaan (Ethica), dan ilmu negara (politica). Seperti sudah disinggung pada uraian pemerintahan Yunani,ternyata polis Athena melahirkan banyak ahli pikir yang mewariskan pengetahuannya bagi umat manusia. Beberapa filusuf yang banyak mencetuskan ilmu pengetahuannya antara lain yaitu Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bangsa yunani telah memiliki berbagai macam pengetahuan dan teknologi yang tinggi. Beberapa ilmuwan yang terkenal antara lain Pythagoras, Thucydides, Archimedes, Thales, Analisagoras, Democritus, Euclid, Herodotus, dan Hipocrates. Pada waktu itu mereka sudah mampu membuat teknologi-teknologi yang canggih seperti:

  • Menciptakan perahu layar yang ramping sebagai sarana untuk mengarungi laut tengah dan menghubungkan daratan yunani dengan daerah-daerah pantai timur pulau sicilia.
  • Membuat barang-barang dari tanah liat.
  • Menghasilkan karya arsitektur yang megah seperti kuil zeus, kuil partenon dan gedung teater raksasa.
  • Mengembangkan industri untuk menunjang perdagangannya, yakni keramik yang bentuknya beraneka ragam dan dihiasi dengan indah.
  • Menghasilkan karya-karya benda logam berkembang pesat terutama untuk menyediakan alat-alat perang


Description: peradaban yunani kuno, yunani kuno, sejarah yunani kuno

Historiografi Eropa Modern

Perkembangan historiografi Eropa modern mulai mengalami perkembangan pada masa Renaisans, pada masa itu juga disebut dengan masa pencerahan yang menandakan orang-orang mulai ingin bebas dan terlepas dari ikatan gereja. Pada saat abad pertengahan rasionalitas terikat pada gereja, maka Renaisans kebudayaan dominan kembali kepada masa Yunani dan Romawi kuno. Menurut Kuntowijoyo dalam Rahman Hamid (2011: 102), fase sejarah ini kembali menghantarkan bangsa Eropa pada titik kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam konteks itu berbeda antara kebudayaan Renaisans dan modern. Jika kebudayaan yang pertama menengok kebelakang dan kebudayaan yang terakhir menatap kemasa depan. Perkembangan pada masa Renaisans juga dibarenginya dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.

Perkembangan historiografi Eropa modern juga didukung oleh para tokoh-tokoh aliran Rasionalisme, para penulis yang lebih mengedepankan logika, berfikir kritis, skeptik, dan realistis. Renaisans muncul karena adanya ketidakpercayaan terhadap dogma agama pada abad pertengahan yang mereka mengangap agama tidak terlalu memberikan kontribusi nyata untuk kehidupan manusia.


A. HISTORIOGRAFI MASA RENAISANS
Kekalahan tentara salib dari tentara muslim, menyebabkan orang-orang Eropa mulai sadar atas kemajuan kebudayaan di wilayah Timur Tengah dan Asia. Mereka menyaksikan kemewahan yang tidak ada di wilayah Eropa, mereka juga mengakui kemajuan bidang kerajinan, kesenian dan teknologi bangsa Timur. Pada sisi lain, masyarakat yang berada dikota-kota Eropa mulai meragukan atau paling tidak mempertanyakan kebudayaan mereka sendiri yang selama ini dianggap paling unggul.

Renaisans yang secara harfiah bisa berarti kelahiran kembali adalah salah satu periodisasi Eropa setelah periode klasik dan pertengahan. Renaisans muncul sebagai akumulasi dogma-dogma gereja yang membatasi bahkan mengekang pola pikir masyarakat. Dibandingkan dengan jaman abad pertengahan bisa dikatakan tidak ada studi yang sungguh-sungguh tentang sejarah kuno. Walaupun sebenarnya terdapat pengaruh penulisan sejarah Yunani terhadap sejarah abad pertengahan, namun pengaruhnya hanya berpengaruh kepada beberapa penulis saja.

Pada zaman Renaisans untuk menjadi kaya dan tetap kaya diperlukan standar pendidikan yang cukup tinggi. Pada saat itu dirasakan adanya kebutuhan yang kian mendesak akan adanya pendidikan yang praktis dari pada pelajaran teologi pada abad pertengahan. Maka pada zaman Renaisans pendidikan Humanistik yang berdasarkan kepada karya-karya sastra Antic, termasuk penulisan sejarah filsafat moral. Berbeda dengan penulis-penulis jaman abad petengahan, para humanis ingin mempelajari semua pengarang Antic. Gerakan untuk menemukan kembali dan penghargaan terhadap kebudayaan kuno dengan melakukan pemeliharaan sumber-sumber lama, sehinga bisa ditata seperti keadaan semula. Pada awalnya memang hanya terjadi di Italia, namun pada abad ke 15 mulai diikuti oleh negara lain seperti Jerman, Inggris, Belanda dan lainya.

Dewasa ini humanisme mempunyai arti lain, akan tetapi pada zaman Renaisans kata itu menyatakan suatu pandangan hidup. Selain mengakui adanya Tuhan dengan takwa, juga mencakup sikap-sikap intelektual dunia kafir kuno. Humanisme menaruh minat pada estetika, melihat kegunaan pengetahuan sejarah dan yakin bahwa tugas utama manusia ialah menikmati kehidupannya secara bijak dan mengabdi masyarakat secara aktif. Jadi humanisasi memulihkan keseimbangan neraca yang pada abad pertengahan telah menitik beratkan ke perhatian pada akhirat. Humanisme lebih menekankan pemenuhan di dunia dari pada persiapan untuk di surga kelak. Pemahaman ini juga memiliki segi rohani juga, tetapi mencerminkan suatu masyarakat yang lebih menaruh perhatiannya kepada masalah dunia, masyarakat yang praktis, cerdik, sadar diri dan berambisi. Ciri Renaisans ialah bahwa manusia lebih menyadari harga diri pribadinya dari pada di zaman abad pertengahan.

Bertolak belakang dengan masyarakat abad pertengahan, kebudayaan jaman Renaisans mempunyai ciri sebagai berikut:
  1. Antroposentris, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa manusia adalah pusat segalanya di dunia ini, sehinga baik buruknya sesuatu di dunia ini, demikian pula sejarah umat manusia adalah ditentukan atau berpusat pada manusia itu sendiri.
  2. Sekuler, yaitu pandangan hidup yang bersifat keduniawian, segala sesuatu diukur atau berorientasi kepada kehidupan di dunia yang bersifat material.
  3. Dissegetigheit, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa dalam kehidupan ini yang terpenting adalah justru dunia yang fana ini. Semboyannya adalah carpidiem yang berarti nikmatilah hidup ini.


B. HISTORIOGRAFI MODERN DI EROPA
Jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan, Renaisans sesungguhnya merupakan tonggak sejarah awal jawan modern dari sejarah Eropa. Pada masa ini ditandai dengan munculnya tokoh pemikir humanis, mereka itu terdiri dari para kaum intelektual, sastrawan, filosof, ilmuan, seniman dan sebagainya. Walaupun terdiri dari kelompok kecil, namun demikian gagasan mereka benar-benar telah mengembalikan semangat baru dan jaman baru. Pada masa sebelum Renaisans Bangsa Eropa memang agak tertinggal dibandingkan Bangsa Asia atau Timur tengah. Namun demikian, setelah Renaisans dan Humanisme peradaban Eropa mengalami penyimpangan dari pola umum, yaitu berkembang dengan pesat. Pada abad 19-20, Bangsa Eropa mampu menunjukan superioritasnya dibanding bangsa lain.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dari pola umum itu adalah sebagai berikut:
  1. Rasionalisme, yaitu suatu alian pemikiran yang menganggap bahwa rasio merupakan kekuatan utama, mendasar atau sumber dari peradaban manusia. Rasionalisme timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan alam yang didasarkan atas daya pikir manusia.
  2. Reformasi,yaitu suatu gerakan religious (Kristen) yang dahsyat dan didorong oleh perkembangan rasionalisme dan humanisme. Karena pada masa abad pertengahan, menurut Gereja, Injil tidak bisa dibaca oleh semua orang karena Injil hak monopoli kaum Rohaniawan. Namun pihak rasionalisme mengatakan bahwa semua orang dibekali rasio, sehingga bila menghendaki dan dengan cara belajar juga memiliki kemampuan membaca Injil. Banyak tokoh yang memprotes monopoli Gereja, diantaranya M. Luther King, Awingli, Calvin dan lain sebagainya. Mereka berpendapat dan berjuang bahwa setiap individu boleh membaca dan menerjemahkan kitab suci (Injil). Disinilah Nampak penonjolan individu yang dinilai tinggi, sehingga dalam perkembangan selanjutnya memunculkan faham Induvidualisme.
  3. Nasionalisme, yaitu gerakan reformasi dari Lethur dan kawan-kawan menentang Gereja di Roma dengan mempropagandakan penerjamahan Injil kedalam berbagai bahasa agar dapat dibaca dan dipahami oleh semua orang. Hasilnya terjadi gerakan penerjemahan Injil kedalam berbagai bahasa dan ini menyebabkan timbulnya rasa nasionalsme.
  4. Ekspansi, yaitu perluasan baik dalam bidang ekonomi, politik, geografis dan kebudayaan. Hal ini didorong akibat banyak petualang yang berhasil menemukan tempat-tempat baru dan memiliki peradaban yang luar biasa yang tidak kalah maju dengan benua Eropa.

Dalam perkembanganya Historiografi Eropa modern muncul empat aliran yaitu, aliran rasionalisme, positivisme, romantisme, dan sejarah kritis.

1. Aliran Rasionalisme
Dalam penjelasan mengenai Rasionalisme akan mengambil mengenai penjelasan dari tokoh Rasionalisme yaitu Voltaire, rasionalisme menolak visi tradisional yang bersumberkan kitab suci, dan memperjuangkan rasio sebagai interpretasi sejarah secara teologis. Voltaire juga berpendapat Tuhan telah menarik diri dari dalam pengaturan sejarah, mungkin Tuhan masih mengaturnya, namun tidak ikut campur dalam proses sejarah. Menurut voltaire, tujuan dari sejarah itu ditentukan oleh akal manusia, akal berperan menentukan jalan sejarah. Perkembangan proses sejarah manusia dalam mencapai kebahagiaan itu ditentukan oleh akal manusia.

2. Aliran Positivisme
Pada saat itu juga berkembang positivisme yang dipelopori oleh Agustus Comte. Positivisme merupakan aliran pemikiran (kejiwaan) yang mengajarkan bahwa ilmu harus dapat membuat hukum-hukumnya. Dengan demikian, hanya ilmu yang dilengkapi dengan hukum-hukumlah yang berhak diakui sebagai ilmu pengetahuan.

3. Aliran Romantisme
Aliran romantisme muncul karena reaksi terhadap aliran positivisme dan juga karena didorong gerakan nasionalisme. Dalam sejarah penulisan sejarah atau Historiografi, istilah romantik lebih berkaitan dengan sudut pandang politik. Romantik, yaitu visi yang konservatif mengenai negara dan masyarakat. Penulisan sejarah romantik adalah produk dan produsen dari historisme. Sedangkan romantik adalah berkaitan dengan kesadaran historis dan spirit untuk mempelajari dan menulis masa lampau miliknya sendiri (daerah, negerinya, sukunya atau bangsanya sendiri). Memang belum bisa ditemukan definisi Historiografi romantik secara pasti, namun karena bentuk dari ketidaksepakatan dengan aliran positivisme dan rasionalime, aliran romantik menyatakan tidak benar jika rasio itu merupakan prinsip yang menentukan segalanya, karena ada faktor yang terlupakan oleh rasionalisme yaitu sentimen, emosi atau perasaan.

4. Metode Sejarah Kritis
Metode Sejarah kritis muncul karena adanya kecenderungan untuk mengkritisi aliran sebelumnya terutama romantisme dimana penulisan sejarah dengan romantisme membuat sejarah itu akan terasa subjektif. Metode Sejarah kritis dipelopori oleh Leopold Von Ranken (1795-1886), dia memberikan kritikan terhadap sejarawan lama yang beraliran romntis. Ranken beranggapan bahwa peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi lebih menarik dari pada peristiwa yang diromantisir. Oleh karena itu dia menolak segala hal yang berbau khayalan dalam penulisan sejarah dan memilih berpegang teguh kepada fakta-fakta. Ranken berkata, "sejarah baru mulai apabila dokumen dapat dipahami, lagi pula, cukup banyak dokumen yang dapat dipercaya". Adanya metode kritis ini, maka sejarah sah sebagai ilmu sejarah.
Dengan munculnya berbagai pendapat atau teori dari orang-orang besar saat itu maka secara ringkas dapat disebutkan bahwa historiografi abad ke-19, ditandai dengan ciri sebagai berikut:
  1. Penghargaan kembali pada zaman pertengahan
  2. Munculnya filsafat sejarah
  3. Munculnya teori orang besar
  4. Timbulnya nasionalisme
  5. Munculnya liberalism.

Menjelang akhir abad ke-19 kebenaran yang dikemukakan oleh Ranken mulai diragukan, sebab menulis sejarah sebagaimana yang terjadi dinilai bertentangan dengan psikologi. Sadar atau tidak, setiap orang yang menulis pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Fakta sejarah bukanlah batu bata yang tinggal dipasang saja, melainkan fakta yang dipilih dengan sengaja oleh sejarawan. Seperti dikemukakan oleh Carl L. Becker (1873-1945), pemujaan terhadap fakta hanyalah ilusi. Sementara itu James Harvey Robinson (1863-1936) mengatakan bahwa sejarah kritis kita hanya dapat menangkap permukaan, tidak dapat menangkap realitas dibawah dan tidak dapat memahami perilaku manusia. Atas dasar pemikiran itu maka muncul gagasan barutentang perlunya sejarah baru atau 'new perpective on historical writing'. Berbeda dengan historiografi modern yang dipelopori Ranken yang menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan perlunya penggunaan ilmu-ilmu sosial, sekaligus mendekatkan kembali ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial, sehingga seringkali sejarah baru itu disebut sebagai sejarah sosial.


C. TOKOH DAN KARYA HISTORIOGRAFI EROPA MODERN
Untuk pembahasan mengenai tokoh dan karya historiografinya kita akan mengambil dari beberapa tokoh yang mewakili empat paham yang berada di atas. Karena dengan perkembangan Historiografi di Eropa maka banyak sekali tokoh-tokoh historiografi. Namun agar lebih mudah untuk mempelajarinya maka kita mengambil beberapa saja dan agar nantinya lebih bisa memahami mengenai penyebab perbedaan aliran yang ada pada Historiografi Eropa modern.

1. Voltaire (1694-1778)
voltaire
Voltaire merupakan nama samaran dari Francois Marie Arouet yang lahir pada 1694. Dia sempat bersekolah di Louis Le Grand. Ayahnya berharap ia mampu menjadi ahli hukum, namun ternyata dia tidak tertarik menjadi ahli hukum, dia lebih memilih bidang sastra. Karya pertamanya merupakan sebuah puisi yang berjudul Hendiade (1728), puisi ini berisi tentang pandangan mengenai siksaan berdasarkan agama pada abad 16, ini merupakan bentuk cintanya pada toleransi dan antipatinya terhadap agama. Secara unik Votaire mewujudkan suasana pencerahan bagi Prancis. Wataknya sangat militan dan penanya tajam. Ia melancarkan serangan terhadap Raja Luis XV dan gereja Katolik Perancis. Karyanya surat filsuf saran dengan kritikan dan penuh pujian untuk toleransi. Karyanya yang lain seperti Candile (1759) dan Philosophical Dictionary (1764), merupakan kritik terhadap teologi Kristen. Pada tahun 1778 Voltaire meninggal dan dikenang sebagai orang yang berpihak pada rakyat. Voltaire merupakan tokoh rasionalis, ia seorang sejarawan yang berpandangan maju dan sekuler, yang hanya mengakui akal manusia yang dapat menuju kemajuan proses sejarah manusia untuk mencapai masa depan gemilang. Karya Voltaire memiliki ciri sebagi berikut:
  • Cosmopolitan, yaitu pandangan yang luas dan tidak terikat pada suatu tempat bangsa atau suku tertentu.
  • Universal, yang berarti membicarakan atau membahas manusia secara umum.
  • Karyanya tidak disusun secara kronologis melainkat tematis, maksudnya berisi gambaran gaya hidup sesuai tren dalam historiografi Eropa pada saat itu.
  • Bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun karyanya diperoleh dari karangan atau tulisan etnografi.
Karya Voltaire:
  • Histoire de Charles XII (1731);
  • Le Siecle Louis XIV (1751);
  • Histoire de la Guerre de 1741 (1755);
  • Histoire generale depous Charlemagne jusqu”a nos jours (1756).

2. Auguste Comte (1798-1857)
augustus comte
Auguste Comte juga disebut sebagai bapak ilmu Sosial. Dalam sejarahnya Comte membuat periodisasi sejarah menjadi tiga jaman yaitu:








  1. Jaman teologi, yaitu suatu jaman ketika masyarakat hanya percaya bahawa segala sesuatu di dunia ini digerakan oleh kekuasaan super natural.
  2. Jaman metafisis, yaitu jaman ketika masyarakat masih percaya adanya kekuatan diluar fisika yang tidak tampak, sebagai penggerak dinamika kehidupan ini.
  3. Jaman rasionalisme, yaitu jaman ketika masyarakat hanya percaya bahwa dinamika di dunia ini, termasuk benda benda mati kekuatanya terletak pada hukum alam itu sendiri.
Ada juga tokoh yang merupakan pengikut Comte yaitu Henry Thomas Bukle, dengan karyanya yang berjudul 'History of Civilization in England'. Buku itu berisi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan mencari faktor-faktor pendorongnya. Kemudian juga terdapat karya dari tokoh lain yaitu N.D.F, de Coulanges dengan bukunya yang berjudul 'The Ancient City', dalam buku itu menyetakan bahwa penulisan sejarah Yunani dan Romawi sangat dipengaruhi oleh agama (Kristen abad pertengahan).

3. Immanuel Kant (1724-1804)
immanuel kant
Immanuel Kant lahir di Konigsberg, sebuah kota kecil di Prusia Timur. Dalam bidang filsafat dia dididik dalam suasana Rasionalisme yang pada waktu itu berkembang di Jerman. Kant tidak kawin dan selalu hidup tertib, sehingga dia dapat mencurahkan seluruh waktu dan tenaga kepada karya-karya filosofisnya. Dia memiliki karya sebuah esai yang berjudul 'An Idea for a Universal History from the Cosmopolitan Point of View', terbit pada bulan November 1874. Sejarah yang telah lalu merupakan suatu paparan tentang ketidakrasionalan manusia dan beliau mengharap akan suatu Utopia bagi kehidupan yang rasional. Beliau menghubungkan sudut pandangan zaman kesadaran dengan jaman romantik, seperti juga beliau mengabungkan rasionalisme dengan empirisme didalam teori ilmu pengetahuannya. Sejarah yang mengkisahkan tindakan-tindakan manusia, memperhitungkan tindakan-tindakan itu ditentukan menurut hukum-hukum alam sebagai kesan sebab akibat, tindakan itu sebagai fenomena yang tunduk terhadap hukum-hukum alam. Immanuel Kant telah memberikan sumbangan yang besar terhadap pemikiran sejarah dapat dirumuskan dalam empat hal:
  1. Sejarah sarwajagat ialah suatu keinginan yang bisa menjadi kenyataan, tetapi menuntut suatu gabungan diantarapemikiran sejarah tentang falsafah, fakta-fakta mestinya dipahami dan diceritakan dengan jelas, dilihat dari dalam bukan dari luar saja.
  2. Hendaknya mempunyai sangkaan lebih dahulu terhadap suatu ranacangan. Apakah ia menunjukan suatu kemajuanatau menunjukan suatu yang sedang maju menuju kelahirannya.
  3. Ada ketidakrasionalan manusia yang lahir akibat hawa nafsu, kejahatan, dan ketamakan.

4. Leopold Von Ranken (1795-1886)
leopold von ranken
Leopold Von Ranken adalah sejarawan Jerman. Ia adalah sejarawan yang memberikan reaksi terhadap aliran Romantisme, bila di jaman romantik penulisan sejarah banyak dihanyutkan oleh perasaan dan dibumbui oleh komentar serta keindahan. Oleh karena itu, kenapa dia menentang romanitisme dalam sejarah, Ranken berpendapat bahwa perlu dibuangnya bungkus perasaan dalam penulisan sejarah, dengan penulisan sejarah seperti kejadian yang sesungguhnya. Leopold Von Ranken pernah berkata 'sejarah baru mulai apabila dokumen dapat dipahami, lagi pula cukup banyak dokumen yang dapat dipercaya'. Adanya metode kritis dari Lepold Von Ranken ini, maka sejarah dianggap sah sebagai ilmu sejarah. Sebagai penghargaan atas karya-karyanya, maka pada tahun 1865 Ranken dijadikan bangsawan dan berhak memakai 'von' didepan nama kekeluarga. Karya-karya Leopold Von Ranken yang terkenal adalah:
  1. Histories of the Romance and Teutonic People atau Geschichte der romanischen und germanichen Volker (1824);
  2. A critique of Moderen Historikal Writers atau Zur Kritik neuerer Geschichtschreiber;
  3. Fursten nd Volker von Sudeuropa im sechzehnten und seibzehnten jahrhundert;
  4. Die romische Papste, ihre Kirche und ihre Staat im und 17 Jahrhundert (1834-1836).


Description: historiografi eropa modern, historiografi masa renaisans, historiografi eropa

Sistem Tanam Paksa dan Dampaknya

Sejak VOC dibubarkan tahun 1799, daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda. Kebijakan 'Culture Stelsel' dilaksanakan untuk mengeruk kekayaan bumi Indonesia tanpa mau memperhatikan rakyat Indonesia dibawah pimpinan Van Den Bosch. Secara teoritis, peraturan yang ditetapkan dalam sistem tanam paksa tidak memberatkan. Akan tetapi dalam prakteknya, banyak sekali penyimpangan yang dilakukan dalam sistem ini. Penyimpangan pelaksanaan sistem tanam paksa sebagai berikut:
  1. Dalam perjanjian, tanah yang digunakan untuk 'cultur stelsel' adalah seperlima sawah, namun dalam prakteknya dijumpai lebih dari seperlima tanah, yaitu sepertiga dan bahkan setengah dari sawah milik pribumi.
  2. Tanah petani yang dipilih hanya tanah yang subur, sedangkan rakyat hanya mendapat tanah yang tidak subur.
  3. Tanah yang digunakan untuk penanaman tetap saja dikenakan pajak sehngga tidak sesuai dengan perjanjian.
  4. Kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada rakyat atau pemilik tanah, tetapi dipaksa untuk dijual kepada pihak Belanda dengan harga yang sangat murah.
  5. Waktu untuk bekerja untuk tanaman yang dikehendaki pemerintah Belanda, jauh melebihi waktu yang telah ditentukan. Waktu yang ditentukan adalah 65 hari dalam setahun, namun dalam pelaksanaannya adalah 200 sampai 225 hari dalam setahun.
  6. Penduduk yang tidak memiliki tanah dipekerjakan di perkebunan Belanda, dengan waktu 3-6 bulan bahkan lebih.
  7. Tanaman pemerintah harus didahulukan baru kemudian menanam tanaman mereka sendiri. Kadang-kadang waktu untuk menanam, tanamannya sendiri itu tinggal sedikit sehingga hasilnya kurang maksimal.
  8. Kerusakan tanaman tetap ditanggung petani.

A. PENYIMPANGAN SISTEM TANAM PAKSA
Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa banyak menyimpang dari ketentuan pokok dan cenderung mengadakan eksploitasi agraris yang semaksimal mungkin. Oleh karena itu, Sistem Tanam Paksa mengakibatkan penderitaan bagi rakyat pedesaan di Pulau Jawa. Adapun penderitaan bangsa Indonesia akibat pelaksanaan sistem Tanam Paksa diantaranya:
  1. Rakyat makin miskin karena sebagian tanah dan tenaganya harus disumbangkan secara cuma-cuma kepada Belanda.
  2. Sawah dan ladang menjadi terlantar karena kewajiban kerja paksa yang berkepanjangan mengakibatkan penghasilan menurun.
  3. Beban rakyat makin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panen, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, serta menanggung risiko apabila panen gagal.
  4. Akibat bermacam-macam beban, menimbulkan tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan.
  5. Bahaya kelaparan dan wabah penyakit timbul di mana-mana sehingga angka kematian meningkat drastis. Bahaya kelaparan yang menimbulkan korban jiwa terjadi di daerah Cirebon (1843), Demak (1849), dan Grobogan (1850). Kejadian itu telah mengakibatkan penurunan jumlah penduduk secara drastis. Di Demak jumlah penduduknya yang semula 336.000 jiwa turun sampai dengan 120.000 jiwa, di Grobogan dari 89.500 turun sampai dengan 9.000 jiwa. Demikian pula yang terjadi di daerah-daerah lain, penyakit busung lapar (hongerudeem) merajalela.

tanam paksa
Gambar: Tanam Paksa

Pelaksanaan sistem tanam Paksa menyebabkan bangsa Indonesia menderita, sehingga muncul reaksi berupa perlawanan. Pada sisi yg lain, orang-orang Belanda sendiri juga banyak yang menentangnya. Sistem tanam paksa ditentang, baik secara perseorangan maupun melalui parlemen di Negeri Belanda.


B. TOKOH-TOKOH PENENTANG TANAM PAKSA
Golongan yang menentang tanam paksa di Indonesia sendiri terdiri atas golongan bawah yang merasa iba mendengar keadaan petani yang menderita akibat tanam paksa. Mereka menghendaki agar tanam paksa dihapuskan berdasarkan peri kemanusiaan. Kebanyakan dari mereka diilhami oleh ajaran agama. Sementara itu dari golongan menengah yang terdiri dari pengusaha dan pedagang swasta yang menghendaki agar perekonomian tidak saja dikuasai oleh pemerintah namun bebas kepada penanam modal. Tokoh Belanda yang menentang pelaksanaan Sistem tanam paksa di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

1. Eduard Douwes Dekker (1820–1887)
eduard douwes dekker
Eduard Douwes Dekker atau Multatuli sebelumnya adalah seorang residen di Lebak, (Serang, Jawa Barat). Ia sangat sedih menyaksikan betapa buruknya nasib bangsa Indonesia akibat sistem tanam paksa dan berusaha membelanya. Ia mengarang sebuah buku yang berjudul Max Havelaar (lelang kopi perdagangan Belanda) dan terbit pada tahun 1860. Dalam buku tersebut, ia melukiskan penderitaan rakyat di Indonesia akibat pelaksanaan sistem tanam paksa. Selain itu, ia juga mencela pemerintah Hindia-Belanda atas segala kebijakannya di Indonesia. Eduard Douwes Dekker mendapat dukungan dari kaum liberal yang menghendaki kebebasan. Akibatnya, banyak orang Belanda yang mendukung penghapusan Sistem Tanam Paksa.

2. Baron van Hoevell (1812–1870)
baron van hoevell
Selama tinggal di Indonesia, Baron van Hoevell menyaksikan penderitaan bangsa Indonesia akibat sistem tanam paksa. Baron van Hoevell bersama Fransen van de Putte menentang sistem tanam paksa. Kedua tokoh itu juga berjuang keras menghapuskan sistem tanam paksa melalui parlemen Belanda.







3. Fransen van der Putte (1822-1902)
fransen van der putte
Fransen van der putte yang menulis 'Suiker Contracten' sebagai bentuk protes terhadap kegiatan tanam paksa.











4. Golongan Pengusaha
Golongan pengusaha menghendaki kebebasan berusaha, dengan alasan bahwa sistem tanam paksa tidak sesuai dengan ekonomi liberal. Akibat reaksi dari orang-orang Belanda yang didukung oleh kaum liberal mulai tahun 1865 sistem tanam paksa dihapuskan. Penghapusan sistem tanam paksa diawali dengan penghapusan kewajiban penanaman nila, teh, kayu manis (1965), tembakau (1866), tanaman tebu (1884) dan tanaman kopi (1916). Hasil dari perdebatan di parlemen Belanda adalah dihapuskannya cultuur stelsel secara bertahap mulai tanaman yang paling tidak laku sampai dengan tanaman yang laku keras di pasaran Eropa. Secara berangsur-angsur penghapusan cultuurstelsel adalah sebagai berikut.
  • Pada tahun 1860, penghapusan tanam paksa lada.
  • Pada tahun 1865, penghapusan tanam paksa untuk the dan nila.
  • Pada tahun 1870, hampir semua jenis tanam paksa telah dihapuskan.

Karena banyaknya protes dan reaksi atas pelaksanaan sistem tanam paksa yang tidak berperikemanusiaan tidak hanya di negara Indonesia namun di negeri Belanda, maka sistem tanam paksa dihapuskan dan digantikan oleh politik liberal kolonial.


C. DAMPAK TANAM PAKSA
1. Bagi Belanda
  1. Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa.
  2. Perusahaan pelayaran Belanda yang semula hampir mengalami kerugian, tetapi pada masa tanam paksa mendapatkan keuntungan.
  3. Belanda mendapatan keuntungan yang besar, keuntungantanam paksa pertama kali pada tahun 1834 sebesar 3 juta gulden, pada tahun berikutnya rata-rata sekitar 12 sampai 18 juta gulden.
  4. Kas belanda yang semula kosong dapat dipenuhi.
  5. Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
  6. Belanda tidak mengalami kesulitan keuangan lagi dan mampu melunasi utang-utang Indonesia.
  7. Menjadikan Amsterdam sebagai pusat perdagangan hasil tanaman tropis.

2. Bagi Indonesia
  1. Kemiskinan dan penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan.
  2. Beban pajak yang berat.
  3. Pertanian, khusunya padi banyak mengalami kegagalan panen.
  4. Kelaparan dan kematian terjadi di mana-mana.
  5. Pemaksaan bekerja sewenang-wenang kepada penduduk pribumi.
  6. Jumlah penduduk Indonesia menurun.
  7. Segi positifnya, rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.
  8. Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang laku dipasaran ekspor Eropa.
  9. Memperkenalkan teknoligo multicrops dalam pertanian.


D. PENGARUH SISTEM TANAM PAKSA DI MASYARAKAT
1. Bidang Sosial
  1. Dalam bidang pertanian, khususnya dalam struktur agraris tidak mengakibatkan adanya perbedaan antara majikan dan petani kecil penggarap sebagai budak, melainkan terjadinya homogenitas sosial dan ekonomi yang berprinsip pada pemerataan dalam pembagian tanah. (Sartono, 1987: 321).
  2. Ikatan antara penduduk dan desanya semakin kuat hal ini malahan menghambat perkembangan desa itu sendiri.Penduduk lebih senang tinggal di desanya, mengakibatkan terjadinya keterbelakangan dan kurangnya wawasan untuk perkembangan kehidupan penduduknya.
  3. Tanam paksa secara tidak sengaja juga membantu kemajuan bagi bangsa Indonesia, dalam hal mempersiapkan modernisasi dan membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan partikelir bagi bangsa Indonesia sendiri.
  4. Peranan bahasa melayu dan bahasa daerah dikalangan penguasa.

2. Bidang Ekonomi
  1. Dengan adanya tanam paksa tersebut menyebabkan pekerja mengenal sistem upah yang sebelumnya tidak dikenal oleh penduduk, mereka lebih mengutamakan sistem kerjasama dan gotongroyong terutama tampak di kota-kota pelabuhan maupun di pabrik-pabrik gula.
  2. Dalam pelaksanaan tanam paksa, penduduk desa diharuskan menyerahkan sebagian tanah pertaniannya untuk ditanami tanaman eksport, sehingga banyak terjadi sewa menyewa tanah milik penduduk dengan pemerintah kolonial secara paksa. Dengan demikian hasil produksi tanaman eksport bertambah,mengakibatkan perkebunan-perkebunan swasta tergiur untuk ikut menguasai pertanian di Indonesia di kemudian hari.(Burger, 1977: 18).

Akibat lain dari adanya tanam paksa ini adalah timbulnya “kerja rodi” yaitu suatu kerja paksa bagi penduduk tanpa diberi upah yang layak, menyebabkan bertambahnya kesengsaraan bagi pekerja. Kerja rodi oleh pemerintah kolonial berupa pembangunan-pembangunan seperti; jalan-jalan raya, jembatan, waduk, rumah-rumah pesanggrahan untuk pegawai pemerintah kolonial, dan benteng-benteng untuk tentara kolonial.


Description: penghapusan tanam paksa dan dampaknya, tanam paksa, penghapusan tanam paksa

Historiografi Afrika

Perkembangan historiografi Afrika, banyak dipengaruhi oleh kepercayaan serta penghormatan yang tinggi terhadap nenek moyang, misalnya pada historiografi tradisional Afrika. Kepercayaan terhadap kelangsungan hidup, suatu kehidupan sesudah mati, suatu persamaan antara yang hidup, yang mati, dan generasi-generasi yang belum lagi dilahirkan adalah asasi untuk semua kehidupan agama, sosial, dan politik Afrika. Orang-orang mesir kuno sangat sadar adanya hubungan kehidupan dan kematian. Seperti pada, inti dari mitos Horus menerangkan bahwa yang telah mati, khususnya para raja, tetap terus memepengaruhi kehidupan yang masih berlangsung dengan cara mempengaruhi perubahan-perubahan dari luapan Sungai Nil, dan tumbuhnya tanaman-tanaman pokok mereka yang selalu terjadi setiap tahun. Bagian terbesar dari kepercayaan bangsa Mesir banyak berkisar pada penghormatan terhadap yang sudah mati. Monumen-monumen yang menakjubkan dibangun, dan para pendeta yang merawat tempat-tempat suci tersebut menjadi banyak yang mengetahui tentang tradisi-tradisi dan cerita-cerita leluluhur mereka.

Inilah unsur inti dari historiagrafi tradisional Afrika. Hampir pada setiap tempat di daerah Sub-Sahara Afrika kita akan menemukan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang sudah mati dengan kehidupan yang masih hidup masa kini dan dengan generasi yang akan datang. Hal tersebut menunjukan bahwa tiap komunitas di Afrika didirikan oleh seorang nenek moyang ataupun sekelompok dari leluhur nenek moyang mereka, beserta dengan hak dan kewajiban yang telah ditetapkan. Hak dan kewajiban tersebut berlaku untu segala zaman, dan dapat disesuaikan namun, tidak dapat diganti sama sekali. Nenek moyang dan tradisi yang telah mereka ajrkan adalahsuatu kenyataan hidup, bagi masyarakat tradisional Afrika. Penghormatan pada nenek moyang lebih merupakan suatu bentuk pemujaan, yang dilandasi ketakutan akan “apa yang akan dikatakan nenek moyang”.


A. TRADISI-TRADISI MENGENAI ASAL MULA
Setiap komuniti-komuniti baik besar maupun kecil, mempunyai tradisi yang tetap mengenai asal mulanya. Komuniti yang mungkin bermigrasi, terpecah-pecah, mengasimilasi, ataupun ditaklukkan bangsa lain dan diserap oleh imigran-imigran yang baru. Dalam kondisi seperti trsebut tradisi akan selalu mengalami pengkristalan kembali, hal ini bertujuan guna, mengakomodasi kondisi yang berubah, tradisi baru mengenai asal mula di formulasikan oleh generasi komuniti yang baru. Tradisi mngenai asal mula komuniti ini sendiri mempunyai beberapa ciri khusus, dari ciri khusus inilah yang nanti dapat memperlihatkan bagaimana tradisi dalam historiografi Afrika.

Ciri yang pertama, tradisi asal mula ini tidaklah mengusahakan suatu penjelasan secara sejarah dalam pandangan modern. Kedua, mereka mengembangkan pengertian dan penghormatan terhadap pranata-pranata dan praktek-praktek dari komuniti. Ketiga, mereka memberikan penjelasan mengenai dunia sebagaimana dilihat oleh komuniti, penjelasan yang diberikan disini, tidaklah terlalu historis tetapi lebih banyak bersifat filsafat, kesusastraan, dan pendidikan. Ciri selanjutnya yang ke empat, penejlasan-penjelasan yang diberikan tidak terlalu relevan. Kelima, samapai kepada batas-batas tertentu sejarah dan mitos menjadi satu dan merupakan bagian dari filsafat hidup. Ciri yang terakhir adalah, pembuatan dan penyampaian tradisi bukanlah pekerjaan ahli-ahli sejarah sebagaimana menurut pandangan modern, melainkan pekerjaan para pendeta, ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang bijaksana pada umumnya.

Tradisi tidak hanya menjelasakan hubungan antara komuniti yang berbeda-beda, namun juga hubungan dengan komuniti yang telah ada, para nenek moyang, dan juga dewa-dewa. Penyampaian tradisi ini pun bermacam-macam, tidak hanya melalui cerita tetapi juga dalam puisi suci dan upacara ritual keagamaan. Tradisi adalah bagian dari filsafat komuniti, bagian dari cara hidup yang lain dari yang lain dalam komuniti itu.

Pembuatan dan penyampaian tradisi yang berbeda-beda itu dipengaruhi oleh, luas, sifat alamiah, kepercayaan, dan sumber-sumber penghasilan dari suatu komuniti tertentu. Dalam suatu negara-negara yang terogarnisasi, khususnya dalam hal ini negara monarki terpusat seperti, Benin, Ashanty, dan Dahomey, pembuatan dan penyampaian tradisi merupakan hal yang terspesialisasi dan terkontrol penuh aturan.


B. PENYAMPAIAN DARI MULUT KE MULUT
Cara yang paling umum dalam penyampaian tradisi adalah melalui cerita-cerita, fabel, dan peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang yang lebih tua kepada mereka yang lebih muda sebagai pendidikan umum. Tradisi-tradisi disampaikan secara lebih formal bila ada pranata-pranata pendidikan yang terogarnisasi, misalnya mengenai ritual-ritual dalam tradisi atau pendidikan untuk menjadi pendeta/ahli agama.

Jadi, proses penyampaian suatu tradisi tidak dapat dipisahkan dari proses pembentukan tradisi itu sendiri. Tradisi dibuat oleh mereka yang menyampaikannya yaitu orang-orang yang lebih tua kepada yang lebih muda dalam komuniti itu. Melalui hal tersebut kita jadi dapat lebih mengetahui, bahwa dalam hal ini para orang-orang tua dan ahli agama merupakan kunci dalam pelestarian suatu tradisi dalam klen ataupun komuniti tersebut.


C. TRADISI-TRADISI BERDASARKAN KENYATAAN VERSUS KESUSTRAAN
Terdapat paling tidak ada dua bentuk tradisi di Afrika, yaitu tradisi yang berdasarkan kenyataan dan tradisi yang berbentuk kesusastraan. Contoh lain dalam hal ini misalnya, pembedaan anatara tradisi-tradisi dari suatu bentuk yang berdasarkan atas kenyataan dan sejarah, dan tradisi-tradisi berbentuk kesusastraan dan filsafat.

  1. Tradisi dari suatu bentuk yang berdasarkan kenyataan dan sejarah (bentuk faktual). Tradisi faktual yang demikian mencakup daftar-daftar formal raja-raja, kronik dari setiap masa pemerintahan, pemberian gelar, geneaologi-geneaologi, dan juga hukum dan adat istiadat tertentu.
  2. Tradisi yang lebih berebentuk kasusastraan meeliputi peribahasa-peribahasa, ungkapan-ungkapan, nyanyian, dan lirik-lirik. Sedangkan tradisi-tradisi yang bersifat filsafat lebih pada wujud doa-doa suci dari organisasi keagamaan dan kultus yang berbeda, misalnya pada puisi-puisi yang ditujukan bagi para dewa. Nyanyian berkabung, hymne-hymne, dan juga liturgi-liturgi.


C. PENGARUH-PENGARUH DALAM HISTORIOGRAFI AFRIKA
1. Pengaruh Ethiopia
Tradisi sejarah Ethiopia yang sebagian bersifat Afrik dan yang lain lagi berinspirasikan Yudea-Kristen. Keunggulan dari dinasti Solomon, kesatuan dari gereja , negara, dan integritas dari gereja yang monophysite adalah kekuatan-kekuatan sejarah yang dinamis, sebagaimana pada abad ke-12 Ethiopia mengembangkan suatu legenda yang menghubungkan dinasti yang berkuasa dengan Tanah Suci. Hal itu merupakan tradisi tertulis, yang terdapat dalm Buku Raja-Raja. Buku tersebut selalu dipertunjukkan dalam rite-rite pentasbihan raja. Biara-biara juga mencatat kronologis kejadian dari setiap periode kekuasaan, melestarikan naskah-naskah dan menjaga berbagai peraturan penting.

Dalam tradisi orang Berber, mereka sangat menyadari akan adanya hubungan terus menerus dengan masa lampau. Reaksi mereka terhadap agama Kristen, Rum, dan Islam adalah dengan memanifestasikan dalam suatu keyakinan mistik yang berbeda dan dikombinasikan dengan pemujaan-pemujaan nenek moyang. Hal inilah yang menyebabkan orang Berber menghasilkan hagiografi atau biografi orang-orang suci. Hagiografi adalah pernyataan kesusastraan yang berisikan penghormatan terhadap norma-norma dan kebaikan-kebaikan nenek moyang, sama halnya dengan brbagai tradisi yang terdapat di bagian-bagian lain Afrika.

2. Pengaruh Islam
Pengaruh Islam di Afrika menyebar tidak hanya di Afrika Utara saja tapi juga di Afrika Timur, Sudan, dan daerrah-daerah di hutan belantara. Pada abad ke-11 dan ke-17 para penulis Islam mulai menghasilkan sejumlah Tarikh dan kronika. Penulis-penulis Islam pada waktu itu lebih tertarik terhadap penyebaran dan pengaruh islam di wilayah tersebut, serta mengenai kehidupan agama dan ekonomi di pusat-pusat pertumbuhan Islam. Pusat-pusat agama Islam penting terdapat di Timbuktu, Gao, Djenne, Kano, Katsina, dan Bornu di Afrika Barat danDi Afrika Tengah. Kilwa, Malindi, Mombasa di Afrika Timur. Tradisi-tradisi rakyat dibuat dengan bahasa Arab kadang dengan tulisan Arab namun dengan Bahasa lokal. Catatan berpusat pada kepribadian tokoh-tokoh komuniti Islam dan bukan mengenai negara atau klen tradisional.

ibn khaldun
Gambar: Ibn Khaldun


Prologemena dari Ibn Khaldun, sarjana Tunisia abad ke-4, merupakan karaya terpenting dalam historiografi. Ibn Khaldun lebih menekankan pentingnya sosiologi bagi sejarah. Ia beerusaha mempelajari masa lampau, tidak hanya dalam hal kegiatan individual namun juga dalam menganalisa hukum, adat istiadat dari pranata di berbagai bangsa, dan juga hubungan antara negara dengan masyarakat.

3. Pengaruh Eropa
Pada abad ke-19 pengaruh Eropa mulai masuk ke Afrika, pengaruh itu tidaklah dibangun diatas tradisi sejarah setempat yang telah ada, namun justru menentang dan menggantikan tradisi lokal yang telah ada. Pandangan Eropa tentang sejarah yang bersifat dokumenter membantu propaganda penguasa-penguasa kolonial, Afrika tidak mempunyai sejarah tertulis yang bergharga, anggapan mereka terhadap tradisi lokal setempat. Sejarah Eropa dan sejarah ekspansi Eropa mulai menggantikan sejarah dan tradisi lokal dalam berbagai pendidikan yang diajarkan. Ahli-ahli sejarah pada abad ke-20 mulai menjelaskan mengenai perdagangan budak di Atlantik, keunggulan teknologi Eropa, dan ketaklukan Afrika. Tidak dilihat dari segi studi sejarah dari benua ini namun justru pada pendekatan prasangka rasial dan psikologis mengenai kekalahan yang menjadi ciri utama dari orang-orang kulit hitam. Bahkan para penyebar agama Kristen mengintroduksikan bahwa mereka merupakan anak Ham, yang telah mendapat kutukan dari Nabi Nuh sebagai pemotong kayu dan penimba air bagi kulit yang lebih putih.

Historiografi Afrika akhirnya hanya menjadi pembenaran bagi imperialisme Eropa. Namun dalam perekembangannya, muncul reaksi dari golongan berpendidikan Afrika. Mulai muncul penulis-penulis yang mencatat mengenai hukum, adat istiadat, peribahasa, ungkapan-ungkapan, tradisi-tradisi sejarah yang ada di dalam komuniti mereka sendiri. Terutama sebelumkekuasaan Eropa mantap di Afrika. Penulis-penulis tersebut diantaranya:
  1. James Africanus Horton dari Sierra.
  2. Leone, Carl C. Reindorf, dan John M. Sarbah dari Ghana.
  3. Otomba Payne dan Samuel Johnson dari Nigeria.
  4. Apolo Kagwa dari Uganda.

james africanus horton
Gambar: James Africanus Horton



Dalam perkembangan selanjutnya, bangsa Eropa ini akhirnya juga mulai menghargai kebudayaan dan tradisi yang ada di Afrika, hal ini dibuktikan dengan dibentuknya lembaga-lembaga atau organisasi yang berkaitan mengenai kehidupan dan tradisi di Afrika. Misalnya:
  1. The International Institute of African Language and Cultures, di London yang menerbitkan majalah Afrika.
  2. Prancis juga mendirikan Institut Francois d’Afrique Noire di Afrika Barat.
  3. The Journal of Negro History, di Amerika Serikat.
  4. Ahli-ahli antropologi seperti Melville J. Herskovits mulai memperhatikan kebudayaan Afrika dan keberadaanya mulai diperhatikan secra serius, serta mulai memahami Afrika masa lampau.

the journal of negro history
Gambar: The Journal Of Negro History


Gejolak perhatian terhadap historiografi Afrika yang baru datang bersamaan dengan gerakan menuju kemerdekaan. Gerakan nasionalis pasca Perang Dunia II secara tegas menolak penilaian Eropa terhadap masa lampau Afrika dan menuntut orientasi baru. Selain itu para ahli peneliti di Afrika juga berpendapat bahwa sejarah di Afrika haruslah sejraha mengenai bangsa Afrika, bukan tentang orang-orang Eropa di Afrika. Tradisi lisan harus diterima sebagai material yang benar untuk penelitian sejarah. Berdasarkan pemikiran-pemikiran baru itulah maka mulai muncul karya-karya dari bangsa Afrika sendiri, misalnya:
  1. Trade and Politics in the Niger Delta (Dike, 1956)
  2. The Egba and Their Neighbours (Biobaku, 1975)

trade and politics in the niger delta
Gambar: Trade and Politics in the Niger Delta (Dike, 1956)



D. MASALAH-MASALAH DAN PROSPEK PENELITIAN
Pendekatan interdisipliner merupakan arah yang paling menghasilkan di dalam historiografi Afrika pada waktu sekarang ini. Ada tiga faktor yang mendorong pndekatan interdisipliner ini,yaitu:
  1. Dibentuknya pusat-pusat atau institut khusus studi Afrika dimana ahli sejarah, antropologi, ilmu bahsa, dan ilmu purbakala dapat bekerjasama dengan baik.
  2. Proyek-proyek kebudayaan yang khusus seperti proyek Benin dan Yoruba yang disini melibatkan orang dari disiplin ilmu, bekerja sama dalam satu kepemimpinan satu orang guna memberika penjelasan/penerangan mengenai sejarah kebudayaan dari suatu kebudayaan tertentu.
  3. Pembentukan perkumpulan dan diadakan konferensi-konferensi atau konggres secara periodik mengenai sejrah Afrika atau studi Afrika secara umum.

Pendekatan interdisipliner ini telah sangat menghasilkan berbagai hal yang tentunya sangat berarti dalam menyumbangkan ilmu pengetahuan di dlam bidang sejarah khususnya, misalnya:
  1. Banyaknya koleksi dan penilaian material untuk sejarah Afrika.
  2. Munculnya arsip-arsip nasional.
  3. Adanya standar dan metodologi yang ketat di dalam pengumpulan data.


Description: historiografi afrika, penulisan sejarah afrika, historiografi di afrika

Pra Sejarah | Paleolithikum (Zaman Batu Tua)

Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbuat dari batu walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat kasar.

Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan).


A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis. Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.

2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)

Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:
1. Hidup berpindah-pindah (Nomaden)
2. Berburu (Food Gathering)
3. Menangkap ikan


B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:

1. Kapak Genggam
kapak genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2. Kapak Perimbas
kapak perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan Pacitan.



3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
alat tulang rusa
Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.








4. Flakes
flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.




Description: paleolithikum zaman batu tua, paleolithikum, zaman batu tua

Historiografi Eropa Kuno

Historiografi Eropa merupakan studi yang sangat kompleks. Mengingat jumlah negara yang termasuk didalamnya begitu banyak, serta periode waktu yang amat luas adalah wujud kekomplekskannya. Historiografi Yunani dan Romawi merupakan dasar dari historiografi Eropa. Sejarah historiografi Eropa akan dilihat sebagai gejala yang terikat oleh waktu (time bound) dan terikat oleh kebudayaan (culture bound) zamannya.

Historiografi Eropa Kuno dipelopori oleh Herodotus dalam bentuk logographoi yang kemudian dikenal dalam bentuk prosa. Perubahan bentuk dari puisi ke prosa ini membuat Herodotus menjadi Bapak Sejarah. Bentuk penulisan logographoi dapat mengubah tradisi yang ada yaitu dari mistis menjadi bentuk rasional.

A. PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI ZAMAN YUNANI KUNO
Penulisan sejarah muncul di Yunani awalnya berbentuk sebuah puisi yang merupakan karya Homer. Karya tersebut dituliskan berdasarkan cerita-cerita lama yang mengandung informasi mengenai kebudayaan dan masyarakat pada zamannya. Pada abad ke-6 SM penulisan sejarah berbentuk prosa baru muncul di Lonia. Hal ini dikarenakan masyarakatnya pada waktu itu memungkinkan perorangan untuk berekspresi. Adanya kebebasan untuk berfikir dan berfilsafat kritis.

Para Sejarawan Yunani pada umumnya berasal dari golongan keluarga yang berada dalam lingkup kekaisaran. Mereka disamping menjadi seorang sejarawan, diantaranya juga sudah ada yang menjalani profesi sebagai guru, dokter, militer, politikus, atau pegawai. Profesi ini tetap mereka jalani baik itu dari sebelum mereka menjadi sejarawan ataupun saat mereka masih menjadi seorang sejarawan. Para Sejarawan pada zaman Yunani ini menulis tentang sejarah lama, kontemporer, ataupun sejarah zamannya sendiri. Lingkup geografinya mencakup Yunani dan sejarah lokal khususnya sejarah Attica. Sejarawan Yunani umumnya menulis atau mengisahkan tentang sejarah masa lampau berdasarkan pada cerita rakyat, kisah-kisah yang disampaikan secara turun-temurun oleh para penulis terdahulu. Pada awalnya tradisi penulisan sejarah pada zaman Yunani kuno adalah apa yang disebut dengan tradisi Homerus.


B. PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI ZAMAN ROMAWI KUNO
Pada masa Romawi Kuno para sejarawan selain menjadi seorang penulis, pekerjaan utama mereka juga ada yang bekerja sebagai perwira tentara, pegawai pemerintahan, dan profesi lainnya. Mereka akan menulis jika sudah berhenti bekerja dan memperoleh kebebasan untuk menulis tanpa adanya hambatan. Para Sejarawan itu menulis sesuai dengan apa yang menjadi pengalaman atau apa yang mereka kerjakan.

Pada zaman Romawi, Sejarawan sangat mengkhayati dan menyukai kesustraan. Mereka merupakan sastrawan dan pencerita yang baik sehingga dapat menghasilkan sejarah yang retoris, dramatis, dan psikologis. Penulis sejarah zaman Romawi memiliki kebiasaan untuk membaca naskah secara terbuka untuk umum terlebih dahulu sebelum melakukan publikasi sejarah. Para Sejarawan Yunani kebanyakan tertarik pada hal-hal yang bersifat kosmopolitan berbeda dengan penulis zaman Romawi yang hanya mengenal satu tema yakni Roma. Jadi, secara umum perkembangan historiografi zaman Romawi berjalan sesuai dengan sejarah perkembangan kekaisarannya. Karya-karya yang dihasilkan pada zaman ini banyak terkait dengan sejarah Romawi sejak kemunculan sampai kepada keruntuhannya.

Generasi awal dari para sejarawan Romawi adalah Pictor, dan Cato. Sayangnya tentang siapa mereka sedikit sekali diketahui orang. Julius Caesar, salah seorang negarawan dan Panglima perang Romawi yang benar-benar sukses, dan sekaligus pula penulis sejarah yang masyhur. Pada masa Julius Caesar (100-44 SM) penulisan sejarahnya mulai berbeda pada segi bahasa. Bahsa Romawi mulai digunakan. Memang mula-mula, bahasa Yunani masih digunakan dan model tulisan sejarahnya-pun masih menerapkan sistem Yunani.

Dalam Commentaries on the Gallic Wears, Julius Caesar berhasil mengetengahkan topik yang disajikannya secara jelas, obyektif serta cermat, sekalipun kdang-kadang dia menyebutkan reputasi yang telah dicapainya. Sayangnya nasib tragis terjadi pada akhir hayatnya, dia dibunuh pada 44 SM. Pembunuhan politik ini telah melahirkan perang saudara di Romawi yang baru berakhir setelah berlangsung selama 10 tahun.


C. SEJARAWAN MASA EROPA KUNO
1. Homer (850 SM)
homer
Homer merupakan sastrawan masyhur Yunani yang terkenal dengan karya klasiknya Illiad dan Odyssey. Dia telah dianggap sebagai pelopor sejarawan Yunani. Sebenarnya buku Illiad dan Odyssey yang bertemakan epik, sulit untuk dimasukkan dalam konteks buku sejarah yang baik. Mungkin anggapan tersebut karena Homer telah memberikan keterangan mengenai sejarah zamannya atau setidaknya seseorang setelah membaca tulisan tersebut akan bangkit keinginannya untuk mengetahui sejarah Yunani selanjutnya.



2. Herodotus (490 SM - 430 SM
herodotus
Herodotus terlahir dalam keluarga aristokratik Halicarnassus, di barat daya Asia Kecil. Ia hidup pada jaman keemasan kebudayaan Yunani khususnya Athena, yaitu suatu periode atau masa damai antara perang-perang Persia dan Perang Peloposesia. Masa itu adalah masa puncak perkembangan Yunani, yang akhirnya juga dikenal sebagai kebudayaan klasik, dan berkembang ke seluruh Eropa dan dunia. Semua sejarah kebudayaan barat seperti sastra, hukum, sosial, ekonomi dan sebagainya bisa dianggap adobsi dari Yunani dan Romawi.

Herodotus adalah pelopor perubahan bentuk penulisan dalam bentuk syair atau puisi menjadi prosa (logographoi). Selain itu, ia berusaha menghilangkan kesan mitos pada penulisan sejarahnya. Sehingga beliau mendapat gelar bapak sejarah. Selain tulisannya merupakan karya sejarah, ia juga menulis tentang antropologi dan sosiologi. Karya klasik Herodotus, "History of the Persian Wars", menceritakan tentang perang Yunani dan Persia pada 478 SM yang dimenangkan oleh Yunani. Dalam buku tersebut Herodotus berhasil menyakinkan pembaca perlunya dianalisa secara mendalam masing-masing budaya.

Kelemahan dari penulisan Herodotus yakni kurang daya kritisnya terhadap suatu permasalahan, dapat dilihat dari tidak adanya seleksi yang dilakukannya dalam penerimaan hal-hal yang berkaitan dengan dewa-dewa, mitos dan legenda yang ada dalam tulisannya. Dia juga dianggap tidak patriotis, karena dia tidak hanya memuji Yunani namun juga Persia. Namun demikian, Herodotus berhasil menulis kisah nyata, sebagian besar sumbernya didapat dari penyelidikan langsung dan hasil catatan-catatan perjalanannya dalam mengikuti perang Yunani tersebut serta dapat dipercaya. Berbeda dengan pendahulu dan teman-teman sejamannya yang banyak menulis cerita-cerita mitos dan kepahlawanan, Herodotus lebih tertarik pada sejarah manusia, dalam karyanya dia bisa dianggap sebagai awal atau perintisan penulisan sejarah ilmiah.

3. Thucydides (456 SM - 404 SM)
thucydides
Selain Herodotus ada sejarawan Yunani lain yang terkenal yaitu Thucydides. Thucydides menonjol dalam hal metode penelitiannya maupu kualitas hasil dari karyanya. Kelebihan Thucydides dibandingkan Herodotus adalah dalam karyanya yang telah mengembangkan studi mengenai arkeologi (ilmu purbakala). Disamping itu Thucydides juga melakukan penelitian mengenai perilaku dari para politis dan orang-orang militer dalam krisis militer. Dengan mengutamakan aspek-aspek politik dan militer tersebur Thucydides telah berusaha memperoleh fakta-fakta secara yang lebih kritis dengan menjauhi semua hal-hal yang berbau mitos. Dia dianggap sebagai sejarawan yang menggunakan metode kritis pertama di dunia. Ia juga sering disebut bapak sejarah politik karena tulisannya yang kental dengan aroma militer dan politik, dan wajar saja karena karirnya selain sebagai sejarawan, dia juga sebagai jendral dan politisi

Salah satu karya Thucydides yaitu karyanya tentang perang Athena-Sparta sebagai representasi Demokrasi vs Tirani. Menurut laporannya, perang tersebut dimenangkan oleh Sparta. Selain itu, ia menulis Peloponesian War (431-404 SM) dapat dianggap sebagai laporan perang oleh saksi mata yang tidak memihak. Sekalipun sejarah yang ditulisnya terbatas pada politik, diplomasi, dan perang, tetapi tetap akurat dan menghindari penjelasan supernatural. Karya Thucydides memberikan sumbangan besar dalam ilmu sejarah. Thucydides telah berusaha untuk menggunakan kritik sumber dan metode sejarah dalam penulisannya. Thucydides beranggapan bahwa kekuatan dalam penulisan sejarah tergantung pada data yang akurat dan relevansi dengan menyeleksi berbagai sumber, sehingga diharapkan tulisannya nanti akan menjadi sebuah karya sejarah kritis.

4. Polybius (198 SM - 125 SM)
polybius
Polybius adalah sejarawan yang banyak terpengaruh oleh Thucydides. Ia adalah sejarawan masa peralihan. Ia adalah orang Yunani yang banyak dibesarkan di Roma karena pada masa-masa itu terjadi perpindahan kekuasaan dari Yunani ke tangan Roma. Polybius berjasa dalam mengembangkan metode kritis dalam penulisan sejarah. Jika Herodotus kebanyakan menulis tentang periode awal Yunani, maka Polybius banyak menulis tentang perpindahan kekuasaan dari Yunani ke Romawi. Sama halnya dengan Thucydides, ia juga melihat sejarah itu pragmatis, sejarah adalah filsafat yang mengajar melalui contoh. Ia banyak menulis sejarah kontemporer pada waktu itu. Teori besarnya pada sejarah politik adalah siklus pemerintahan yaitu, monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, anarki. Polybius membedakan analisis dalam tiga unsur, yaitu awal (archai), dalih (Prophaseis) dan sebab (aitiai).

5. Julius Caesar (101 SM - 44 SM)
julius caesar
Julius Caesar adalah Jendral Romawi yang mengalahkan Gaul. Ia adalah seorang jendral yang mendapatkan pendidikan dalam bidang sejarah, filsafat, retorika dan militer. Masa Julius Caesar, penulisan sejarahnya mulai berbeda pada segi bahasa. Bahasa Romawi mulai digunakan dalam penulisan sejarah. Meskipun pada awalnya bahasa Yunani masih digunakan dan model tulisan sejarahnya-pun masih menerapkan sistem Yunani. Julius Caesar merupakan penulis "Commentaries on Gallic" Wars yaitu memoir yang melukiskan suku Gallia, dan Civil War adalah pembelaannya mengapa perang itu dilakukan. Lukisannya tentang Gallia menjadi sumber yang amat penting tentang adat istiadat bangsa itu. Maka, tulisannya seperti salah satu laporan antropologis. Komentar-komentarnya berdasar pada keakuratan, tidak berat sebelah, dan lebih dari sebuah narasi kemenangan pribadinya. Karenanya, ia menjadi seorang tokoh sejarah dan penulis sejarah.

6. Titus Livius (59 SM - 17 M)
titus livius
Titus Livius lahir di Padua, tahun 59 SM. Livius merupakan sejarawan Romawi, sehingga karya-karya yang dihasilkan berkisar pada imperium Romawi. Karyanya yang terkenal adalah “History of Rome”. Livius merupakan orang pertama yang menggunakan imajinasi dalam karya-karyanya. Dalam penulisannya, Livius mengorbankan kebenaran sejarah demi sebuah retorika, hal ini dikarenakan dia telah menulis sejarah Romawi sebagai sebuah dunia dengan segala semangat patriotismenya. Kisah tentang berdirinya kota Roma menjadi campuran antara fantasi dan fakta.

7. Publius Cornelius Tacitus (56 M - 117 M)
publius cornelius tacitus
Tacitus adalah sejarawan Romawi. Ia menulis Annals Histories dan Germania. Tulisannya berada di tengah-tengah antara Livius yang penuh retorika dan Polybius yang cenderung pada sejarah kritis. Dia berusaha mengemukakan “sebab moral” keruntuhan Romawi. Tacitus berusaha melihat ke belakang bukan ke depan untuk melihat akar-akar persoalan politik yang terjadi di tahun-tahun awal Imperium Romawi. Selain itu, dia juga menulis tentang bangsa Jerman dan menjadi satu-satunya literatur tentang Jerman pada waktu itu. Banyak sejarawan mengakui bahwa tulisan Tacitus memiliki kualitas tulisan sastra yang cukup tinggi. Dia sangat rajin dalam menginvestigasi dokumen dan sumber lainnya, dan akurat dalam penilaiannya pada tokoh-tokoh yang terlibat dan kejadiannya. Dia mengisahkan secara detail mengenai sebuah kerajaan yang tengah bergerak menghancurkan dirinya sendiri. Banyak orang mengatakan bahwa Tacitus merupakan “suara otentik Roma kuno dan pelukis besar zaman kuno”. Setiap halaman dari tulisannya menunjukkan kemampuan retorik. Tacitus memakai orasi langsung dan orasi buatan untuk melukiskan karakter, meringkaskan pemikiran kelompok-kelompok, menyampaikan rumor masyarakat, memperkuat penegasan dan posisi moral politik.


D. KARAKTERISTIK HISTORIOGRAFI EROPA KUNO
Historiografi Eropa Kuno sebagai awal perkembangan penulisan sejarah di eropa mempunyai ciri khas yang unik. Penulisan sejarah pada masa Eropa kuno ini bersifat perkembangan. Sejarawan yang pada setiap periode waktunya mengungkapkan pada penulisan sejarahnya dengan orientasi yang berbeda. Secara perkembangan, Eropa kuno yang ditandai dengan era Yunani dan Romawi telah menunjukkan pemikiran yang brilian pada perkembangan literatur, khususnya literature sejarah.

Pada orientasinya, peradaban Eropa kuno memang berkaitan pada mitos-mitos dewanya dan kekuatan supernatural pada cerita-cerita yang dibawakan, namun hal tersebut tidak mempengaruhi penulisan sejarah pada masa itu. Usaha memberikan sentuhan realistis terus dilakukan terutama pada masa Thucydides yang setegak-tegaknya menggunakan metode sejarah kritis, kecuali pada masa awal kemunculan penulisan sejarah pada masa Homer yang penceritaannya berupa syair dan puisi. Namun, hal tersebut memang kurang bisa terhindarkan pada masa setelah Homer, penulisan sejarah masa itu berusaha menghindarkan cerita mitos dan supernatural. Orientasi lain muncul ketika pada penulisan sejarahnya banyak mengandung unsur-unsur kepahlawanan karena sejarah yang ditulis berdasar pada orientasi militer-politik yang kental dengan retorika perang atau gagasan politik.

Tema yang dominan dalam historiografi eropa kuno adalah cerita kepahlawanan. Orientasi tulisan tersebut dipengaruhi karena pada masa itu merupakan sekitaran perang dan juga perjuangan imperium besar yang ada pada masa-masa munculnya peradaban-peradaban kuno di dunia. Sejarawan yang menulis kisah-kisah perjuangan tersebut kebanyakan menjadi orang yang terlibat dalam perang, seperti Thucidides dan Julius Caesar, atau hanya sekedar pengamat suatu peristiwa.

Berdasarkan penyajiannya penulisan awal historiografi eropa kuno dalam bentuk puisi atau syair seperti seperti dalam tulisan Homer. Namun dalam perkembangannya tulisan tersebut lambat laun berubah menjadi bentuk prosa. Herodotus mengubah model bentuk syair atau puisi tersebut pada bentuk prosa. Kemudian pada masa Thucidides berkembang lebih kompleks dengan pengolahan data dengan kritik sumber sehingga menjadi sejarah kritis yang pertama kali. Tulisan tersebut kemudian dianggap sebagai dokumen.

Seiring berjalannya waktu, tradisi penulisan di kawasan Yunani juga ikut mengalami perkembangan. Mulai dari tradisi penulisan menurut Homer yang berkutat pada mitologi dan epos, kemudian muncul Lolograf. Logograaf pada zaman Yunani biasanya digunakan untuk sebutan para penulis prosa, para penulis pidato, ataupun untuk para penulis sejarah yang kebenaran faktanya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Para penulis sejarah yang pertama adalah mereka yang mengumpulkan semua hal yang ingin mereka ketahui tanpa melakukan suatu kritik sumber, berbagai hal yang khas dan menarik perhatian seperti dongeng, sejarah pendirian kota-kota, kejadian-kejadian yang aneh, cerita mengenai keadaan geografis atau etnografi dari negara-negara asing. Para Logograaf itu diantaranya Cadmus, Dionysius, Charon, Acusilaus, namun dari semua penulis sejarah tersebut yang paling terkenal Hecatacus dan Hellanicus dari Mytilene (Lesbos). Beberapa karya Hellanicus diantaranya berbentuk mitografi mengenai awal adanya manusia dan mengenai sejarah kota Troya.


C. KELEBIHAN dan KEKURANGAN HISTORIOGRAFI EROPA KUNO
Karya pada masa apapun dan siapa yang membuat sudah pasti akan menampakkan kekurangan maupun kelebihannya masing-masing. Hal ini juga tercermin pada masa historiografi eropa kuno. Masa-masa peradaban Yunani dan Romawi memiliki kriteria tertentu yang dianggap sebagai ide-ide yang sekarang digunakan kebanyakan orang. Ide-ide tersebut berasal dari berbagai pemikiran yang muncul pada masa itu. Hal itu pula yang mencerminkan sifat-sifat yang kini dianggap paling mutakhir pada perkembangan zaman ini oleh kebanyakan orang. Salah satunya yaitu tentang nasionalisme. Rasionalistis dan demokrasi dicoba dipakai sebagai pendidikan bangsa Yunani dan Romawi pada perkembangnnya. Jika dilihat dari segi penulisannya, historiografi eropa kuno menampakkan usaha interpetasi pada penggalian sumber seperti yang dilakukan Herodotus. Ia mencoba menampakkan sejarah yang tidak berat sebelah. Pada masa Thucydides dan Polybius, metode sejarah kritis berusaha diterapkan. Hal tersebut yang menjadi cikal bakal penulisan sejarah hingga kini. Hal tersebut juga yang menampakkan kemajuan perkembangan historiografi pada umumnya.

Beberapa kekurangan yang ada dalam historiografi eropa kuno bisa dilihat dari usaha untuk menghilangkan sifat berat sebelah, namun karya-karya pada masa itu tetap ada unsur keterpihakkan juga. Penulis sejarah yang mengajukkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme justru malah menampakkan mengagungkan bangsa yang sedang ditulisnya. Pasalnya, hal ini terlihat pada posisi sejarawan yang menulis cerita tersebut. Telah disinggung bahwa kebanyakan penulisnya adalah orang yang terlibat dalam perang. Perang tersebut adalah peristiwa yang mereka tulis, sehingga kesan bangga akan perang yang dimenangkan pada peristiwa tersebut jelas tampak pada penulisan sejarah Eropa kuno. Lain lagi pada kasus Livius yang banyak mengorbankan kebenaran demi sebuah retorika penulisan yang luar biasa berlebihan.


Description: historiografi eropa kuno, historiografi yunani kuno, historiografi romawi kuno