Metodologi Sejarah

Metodologi berasal dari kata Yunani 'metodos', kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu 'metha' yang berarti melalui atau melewati dan 'hodos' yang berarti jalan atau cara. Menurut Webster metodologi yaitu suatu keseluruhan (body) metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep kerja, aturan-aturan, dan postulat-postulat yang digunakan oleh ilmu pengetahuan, seni, atau disiplin; proses, teknik-teknik, atau pendekatan-pendekatan yang dipakai dalam pemecahan suatu masalah atau di dalam mengerjakan sesuatu; suatu atau seperangkat prosedur-prosedur; dasar teoritis dari suatu doktrin filsafat: premis-premis, postulat-postulat, dan konsep-konsep dasar dari suatu filsafat. Suatu ilmu atau kajian tentang metode… menganalisis prinsip-prinsip atau prosedur-prosedur yang harus menuntun penyelidikan dalam suatu bidang (kajian) tertentu (Webster, 1966: 1423).

Sementara itu dalam Kamus The New Lexicon, metodologi mempunyai makna, suatu cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode atau prosedur; suatu sistem tentang metode-metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (The New Lexicon. 1989: 628).

Metodologi sejarah merupakan suatu prosedur atau metode yang digunakan untuk tahu bagaimana mengetahui. Metodologi sejarah atau 'science of methods' juga berarti sebagai suatu ilmu yang membicarakan tentang cara, yaitu cara untuk mengetahui bagaimana mengetahui peristiwa yang terjadi dimasa lampau (sejarah). Misalnya seorang sejarawan yang ingin mengetahui sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Dia akan menempuh secara sistematis prosedur penyelidikan dengan menggunakan teknik untuk pengumpulan bahan sejarah sehingga dia dapat menjaring informasi yang dia dapatkan selengkap mungkin. Namun hanya sampai itu saja tidaklah cukup bagi seorang sejarawan karena seorang sejarawan harus dilengkapi juga dengan pengetahuan metodologis ataupun teoritis bahkan filsafat. Artinya bagaimana sejarawan itu menggunakan ilmu metode itu pada tempat yang seharusnya sehingga untuk mengetahui bagaimana mengetahui sejarah itu diperlukanlah suatu ilmu yaitu Metodologi Sejarah. Helius Sjamsuddin (2007: 15).

Dalam metodologi sejarah, seorang sejarawan dituntut harus menguasai metode yang digunakan untuk mengetahui peristiwa di masa lampau, untuk mengetahui peristiwa di masa lampau itu maka dilakukanlah penelitian berupa prosedur penyelidikan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sejarah baik berupa arsip-arsip dan perpustakaan-perpustakaan (di dalam atau di luar negeri) maupun dari wawancara dengan tokoh-tokoh yang masih hidup sehubungan dengan peristiwa bersejarah. Mempelajari metodologi sejarah berarti kita juga menguraikan metode penelitian sejarah, sumber sejarah dan penulisan sejarah. Profesor Kuntowijoyo memberi batasan metodologi sebagai ilmu yang membicarakan jalan, bagaimana metodologi sejarah harus dilakukan. Metodologi harus ditempatkan secara benar, membicarakan teori dan konsep-konsep, dan sumber sejarah yang akan digunakan.


A. HUBUNGAN ANTARA METODE DAN METODOLOGI SEJARAH
Metode berbeda dengan metodologi.  Metode dan metodOlogi mempunyai tugas yang sama yaitu untuk mendapatkan objek yang sedang diteliti oleh seorang peneliti itu sendiri. Hal ini juga ditambahkan oleh Sjamsuddin bahwa metode ada hubungannnya dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis untuk mendapatkan objek yang diteliti. Selain mempunyai tugas yang sama antara metode dan metodelogi mempunyai kegiatan yang berbeda. Ibarat seorang tukang tembok yang jelas mengetahui bagaimana mengetahui dan menguasai (metode) membangun rumah dengan melakukan sendiri penyusunan bata demi bata, pencampuran semen untuk beton dan plester tembok tanpa harus mengetahui segala macam teori dan perhitungan yang cukup rumit. Tetapi seorang insinyur membangun rumah harus menguasai metodologi (ada metode juga) dalam membangun sebuah gedung. Ia merencanakan semua dari awal sampai dengan desainnya, kekuatan bangunannya, keamanan dan kenyamannnnya sampai pada hubungan gedung dengan lingkungan sekitarnya (2007:16). Jadi seorang sejarawan profesional dituntut penguasaan sekaligus metode dan metodologis disiplinnya. Lebih jelasnya oleh Sartono Kartodhirjo menambahkan diantara keduanya. Pertama: metode sebagai bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how to know) dan Kedua: metodologi sebagai mengetahui bagaimana harus mengetahui 'to know how to know' (Kartodirjo, 1992: 9).


B. KERANGKA DAN ISI DARI METODOLOGI SEJARAH
Kerangka dan isi dari metodologi sejarah meliputi:

1. Fakta
Fakta adalah sesuatu yang diketahui kebenarnya; suatu pernyataan tentang sesuatu yang telah terjadi. Bagi sejarawan, fakta-fakta dapat diumpamakan dengan batu bangunan kajian sejarah. Fakta-fakta yang diperoleh itu masing-masing tidak berdiri sendiri melainkan harus dikaitkan dalam hubungan-hubungan yang bermakna dalam berbagai bentuk yang akan dapat membantunya memahami dan menjelaskan lebih lengkap beberapa bagian dari keberadaan pribadi atau kelompok sosial tertentu.

2. Konsepsi
Konsep adalah hasil dari suatu kegiatan mental membuat generalisasi; suatu gambaran mental yang umum dari kelompok yang diabstraksikan dari aturan-aturan, juga suatu objek intuisi langsung dari pikiran. Dengan sendirinya para sejarawan dapat pula memanfaatkan konsep-konsep yang relevan untuk membantu mereka dalam metodologi dan analisis-analisis historiografi mereka.

3. Generalisasi
Generalisasi merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara konsep-konsep dan berfungsi sebagai pembantu untuk berpikir dan mengerti. Generalisasi bertujuan dua hal: (1) saintifikasi, dan (2) implikasi.  Apakah generalisasi ini benar atau salah, didukung atau ditolak, tentu saja memerlukan pembuktian-pembuktian lebih lanjut. Tetapi selama generalisasi ini dapat dipahami (komunikatif), pernyataanya menjadi titik tolak untuk suatu diskusi dan penelitian ilmiah lebih lanjut.

4. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentatif yang menyatakan suatu hubungan diantara variabel-variabel. Hipotesis dapat ditarik dari generalisasi-generalisasi dan teori-teori.

5. Teori
Teori digunakan dalam mengidentifikasi dan mendefinisikan suatu keberadaan kolektif; merekonstruksi suatu perangkat kepercayaan menurut arti apa yang disebut suatu analisis karakter kolektif; menguji kebenaran atau ketepatan (verifikasi) penjelasan (eksplanasi) suatu peristiwa kolektif (Lubasz, 1963-1964: 3).

6. Model
Model dalam sejarah dapat dipakai dalam penggunaan luas (umum) atau sempit (khusus). Dalam penggunaan yang lebih umum, model-model itu dapat berupa contoh, paradigma yang melekat pada individu-individu tertentu misalnya Mahatma Gandhi sebagai model tokoh kemanusiaan, Hitler sebagai tokoh yang diktator dan kejam, dll. Dalam penggunaan yang lebih khusus model-model itu dikenakan pada struktur sosial.


Description: metodologi sejarah, metodologi, teori dan metodologi sejarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar