Tarik tambang dan pergumulan diantara kedua kubu terkait dengan beberapa hal. Kubureformis misalnya menekankan “kedaulatan rakyat”, sementara kubu konservatif menekankan otoritas Wilayat Al Fakih. Meski Khatami memenangkan pemelihan persiden dua kali berturut-turut, yang baik secara eksplisit maupun implinsit menentang absolutisme ulama, jalan panjang harus masih di tempuh kaum reformis. Kaum mullah masih memegang kendali, berkat keistimewaan posisi mereka dalam konstitusi dan p[erangkat hukum lainya, dan juha peran historis mereka dal revolusi 1979. tapi kaum reformis masih memiliki peluang dalam pertarungan idiologisdan kekuasaan yang masih terus berlangsung, kenyataan itu terletak pada kenyataan, setelah hampir seperampat abadrevolusi, idiologi yang diwariskan oleh ayatullah Khomaini tetap masih belum selese dan baku, yang memihak pada kelompok tertentu. Nah disinalh kaum reformis bisa mengambil kesempatan, para aktifis reformis dapat merumuskan konsep-konsep dan praksis yang merupakan reinterprestasi dan konstektualisasi warisan pemeikiran Imam Khomaini untuk kepentingan negara-negara iran.
A. PERSAINGAN KUBU KONSERVATIF DAN REFORMIS
Awal pesaingan kubu konservatif dan reformasi adalah saat awal pemilihan presiden 1997, sebenarnya awal pertarungan awal adalah antara kelompok konservatif kanan yang di pimpin oleh kandidat Nateq-Nouri(penguasa parlemen) dan konservatif kiri/koalisi moderat yang dipimpin presiden Rafsanjani serta kandidiat Muhammad Khatami. Tapi kemudian kedepannya persaingan muncul di antara Kubu Konservatif dan kubu Reformis. Munculnya ke permukaan kutub reformis dan konservatif di Iran dalm empat tahun terakhir(1997-2001) mengundang intensif, dari pengamat dalam negeri maupun luar negeri.
Kubu reformis berintikan dari aliran kiri islam, aliran pembangunan pendukung mantan presiden Hasemi Rafsanjani dan para mahasiswa bisa di sebut juga kubu Muhammad Khatami.Dan banyak pengamat yang mengatakan dengan munculnya Kubu Reformis ini merupakan revolusi baru Iran, atau setidaknya sebagai koreksi atas revolusi Iran 1979. Kubu Koservati adalahpara golongan yang mengangga dirinya sebagai pewaris Ayatullah Khomaini, tokohnya semisal Ali Akbar Nateq-Neuri, dan pemimpin Sepiritual Ayatullah Ali Khamenei. Pertikaian kedua kubu semakin meruncing setelah Muhammad Khatami dari kubu reformis keluar sebagai pemenang dengan kemenangan besar( hampir 70%) tapi untuk saat itu(sampe bulan maret tahun1999) untu beberapa lembaga tinggi masih di pegang oleh orang-orang Konservati, yang merupakan saingan dari kubu Reformis.
Tapi kemenangan kubu Reformis pada pemilihan presiden merupakan titik awal yang luar biasa untuk aliran yang masih sanagt baru, dan kubu reformis berpeluang untuk memenangkan pemilu parlemen. Apabila kubu reformis bisa memenagkan pemilu maka ini bisa memudah jalan khatami memperpanjang jabatanya segabagai Presiden Iran untuk preiode kedua pada 2001.
Setelah kemenangan pihak reformis pada pemilu 1997, pertarungan terbuka antra kaum Reformis dan kaum konservatif, walaupum dari pihak reformis yaitu memenangkan pamilu presiden, yaitu Muhammad Khatami, tapi untuk parlemen dan lembaga yudikatif masih di pegang oleh pihak Konservatif. Kementrian dalam negeri merupakan pihak yang paling getol untuk menggalang gerakan reformis tapi Mentri dalam Negeri Abdullah Nouri yang Pro-Presiden Khatami harus membayar mahal dengan menanggung resiko dengan proses mosi tidak percaya oleh parlemen pada akhir tahun 1998. Namun setelah pemecatan Abdullah Nouri di angkat sebagai wakil presiden oleh Muhammad Khatami.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan persaingan yang hampir menggoyahkan pilar-pilar negara.
Yang pertama adalah adana kesenjanagan antara generasi setelah peristiwa revolusi yang hampir berusia dua dekade. Dari cara hidup, berinteraksi dengan mlingkungan regional maupun internasional, bahkan menginterprestasi revolusi itu sendiri dengan segala pilar pilarnya. Dalam hal ini golongan bisa di bagi menjadi tiga generasi.
Generasi pertama dalah mereka yang memegang teguh doktrin Islam sebelum revolusi, mereka dalah orang-orang yang di penjara pada rezim Shah Iran Reza Palevi. Dan sebagian lainya hidup dalam pengasingan. Dan setelah revolusi merekaklah yang mengendalikan pemerintah.
Generasi kedua adalah mereka yang masih tergolong pemuda pada saat itu yang berusia 25-30 tahunan pada saat revolusi terjadi. Mereka inilah yang menjalankan kebijakan yang digariskan oleh generasi pertama. Mereka juga yang menjadi unung tombak saat perang irak. Kemudian saat Hasemi Rafsanjani menjadi Presiden golongan ini yang memegang posisi kunci pemerintahan.
Generasi ketiga, mereka yang masih kanak-kanah berkisar berusia dua sampai lima tahun pada saat revolusi, mereka bekembang pada masa-masa revolusi dan langsung mendapat doktrin revolusi. Mereka hidup dalam lingkungan yang berbeda denga dua generasi sebelumnya, merekatidah merasakan saat kekuasaan Reza Palevi dan tidak berinteraksi langsung dengan Ayatullah Imam Khomeini, maka dari itu daya rekat doktrin revolusi tidak sekuat generasi pertama dan kedua. Disinilah terjdi kesenjangan dan membuat generasi ini menjadi lebih kritis dan tidak terlalu terikat dengan doktrin revolusi. Dan kuam reformis adalah efek dari kekritisan dari generasi ketiga, setelah kemenangan pemilu 1997, aspirasi dari phak ketiga bisa di aspirasikan.
B.KEMENANGAN REFORMIS TERHADAP PIHAK KONSERVATIF
Pemilihan presiden di Iran 23 Mei 1997, merupakan titik balik sejarah negara tersebut sejak revolusi1979. Tanpa diduga dalam pemilu itu menampilkan tokoh reformis Muhammad Khatami sebagai pemenang pemilu. Kemenangan secara telak di dapat atas saingannya dari pihak Koservatif Ali Akbar Nateq-Neuri. Padahal saat itu Khatami merupakan tokoh yang diluar elit. Sedangkan Nateq neuri waktu itu menjabat sebagai ketua Parlemen. Dan sangat dekat dengan pemimpin sepiritual Ali Khamenie.
Namun hasil pemilu memang diluar dugaansemua pihak, baik pengamat luar negerimaupun dalam negeri. Khatamitidak sekedar menang tapi dia menang telak dengan kemenangan sekitar 70% suara. Dengan kemenangan ini memunculkan kekuatan plitik baru yaitu pihak reformis ( di iran di kenal dengan nama Al Tahni Al Khordad) kubu ini berintikan dari pihak kiriislam, aliran pembangunan pendukung mantan Presiden Rafsanjani dan para mahasiswa. Dengan kemenangan ini bbanyak yang mengatakan bahwa ini merupakan revolusi baru bagi iran. Setelah itu atmosfir politik lokal di ieran tidak henti-hentinya diwarnai antara persaingan kaum reformis dan kaum konservatif. Kaum konservatif tidak rela kalau dominasi politik mereka sejak masa revolusi di geser oleh pihak reformis.
Namun kaum reformis kembali mencetak sejarah dengan kembali mengukir kemenangan dari pihak konservatif dalam pemilu parlemen pada februari 1999. Dan setelah itu banyak dari pihak reformis yang memenang pemilihan di pihak daerah-daerah di Iran. Dan juga kemenangan kembali presiden Muhammad Khatami pada pemilu 2001. Namun pihak Konservatifpun masih mendaptkan kemenangan pada pemilu walikota di kota-kota besar seperti di Teharen, kota suci Qom,Mashan dan Asfahan.
C. IRAN KEDEPAN
Dengan munculnya kaum reformis dalam peta perpolitikan di Iran semakin membuat persaingan di Iran semakin berfariasi.. dan dari sini sangat menarik untuk melihat perkembangan politik di Iran. Banyak pengamat politik baik dalam maupun luar negeri yang menyatakan kemenanagan pihak reformis dari pihak konservatis merupakan revolusi baru di Iran,atau minimal sebagai evaluasi atau koreksi atas revolusi 1979.
Dalam perkembanagn politik di Iran terdapat tiga tokoh yang paling menonjol, tiga tkoh itu mencerminkan peta politik hakiki di Iran. Tapi di sini yang paling menyolok adalah semakin kuatnya pengaruh peran Rafsanjani dalam jajaran pemerintahan khususnya dalam hubungan Presiden Khatami dan pemimpin sepiritual Ali khamenei. Pengaruh rafsanjani semakinterasa saat menengahi persaingan antara kubureformis dan konservatifsoal kandidat anggota Dewn Garda awal agustus 2001. Memprediksi masa depan iran, akan tergantung pola hubungan ketiga elit politik iran itu.
Pola hubungan yang baik dan positif dari ketiga elit tersebut, akan membantu meredam atau sekurang-kurangnya mereduksi ketegangan tatkala kembali muncul konflik. Sejumlah pengamat politik iran malah menyerukan ada ada kerjasama di antara tiga tokoh tersebut yang mengarah pada terbentuknya pimpinan kolektif. Pimpinan kolektif dianggap bentuk ideal sebagai upaya mencari kompromi yang menjamin terjadinya peralaihan damai dari era revolusi ke era negara yang menjunjung tinggi legitimasi hukum. Dan dalam hal ini juga akan menanti bagaimana peran presiden Khatami dalam menjalin hubungn luar negari, karena dalam rencananya mereka akan membuka hubungan de nag pihak barat. Walaupun demikan bisa kita tunggu baga mana perkembanagn politik di Iran, dengan mulai mendominasinya pihak reformis dalam perpolitikan di iran.
Kehadiran kaum reformis menguntungkan karena akan menjadi kekuatan pengimbang bagi kaum konservatif. Suara-suara kaum reformis diperlukan sebagai alternatif atas pemikiran kaum reformis yang mendominasi wacana masyarakat Iran selama 23 tahun terakhir.
Lebih dari itu, kaum reformis mewakili semangat zaman yang menuntut perubahan, pembaruan, dan perbaikan. Sebagai bagian dunia yang semakin sempit, Iran harus mengikuti arus perubahan yang sedang menerjang dunia. Tantangannya, bagaimana perubahan itu diberi arah yang jelas agar tidak sampai membingungkan. Kemudian perkembangan yang patut ditunggu adalah hubungan dengan negar-negra barat, di prediksi selama kepemimpinan Khatami Iran akan lebih membuka hubungn dengen Negara barat, terbukti dengan Khatami mulai melakukan kunjungan ke negara, misal ke Prancis dan Negara-negara lain.
Tapi yang menarik menunggu pekembangan hubungan Amerika dan Iran, dari kami meprediksi bahwa hubungan mereka akan lama untuk membaik, karena Amerika tetap mengangap Iran sebagai Musuh besar mereka. Dan Amerika juga sering menuduh bahwa Iran sebagai biang kerok terorisme. Jadi patut kita tunggu perkembangan selanjutnya tidak hanya masa presiden Khatami namun Presiden-=Presiden selanjutnya dari Kaum Reformis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar